Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengapa Ada Perbandingan Antara "Warkop DKI Reborn 3" dengan "Pretty Boys"? | Bagian 1

22 September 2019   20:47 Diperbarui: 23 September 2019   13:59 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cast Warkop DKI Reborn Part 3. (Grid.id)

Hal semacam ini yang perlu dipertimbangkan sebelum mengarah kepada hal teknis, seperti kemampuan berakting (skill dan talenta terpendam) dan jam terbang (pengalaman) para pemeran tersebut. Karena, keberadaan penampakan (bukan hantu) biasanya akan cenderung menggiring pikiran kita untuk segera menolak maupun menerima sesuatu. Apalagi jika kemudian di sepanjang perjalanan film itu kita sulit menemukan sisi kesamaan antara si pemeran dengan si tokoh -yang notabene gambarannya terhadap tokoh tersebut sudah hampir 100% melekat di pikiran masyarakat penonton.

Ini adalah warning yang seharusnya sangat dipertimbangkan oleh pihak pengreasi film ini. Harapannya agar tidak terkesan memaksakan apa yang belum ada menjadi ada. Namun, tentunya ini akan berkaitan dengan visi-misi yang mereka miliki terlepas dari sisi idealisme yang biasanya lebih mengudara pada pihak-pihak penikmat karya -yang biasanya ingin mendapatkan suguhan serba sempurna.

Berlanjut pada poin kedua, yaitu pembuatan duplikat. Menurut saya, keberadaan WDR part 1 hingga part 3 ini adalah wujud duplikasi. Sehingga, saya mengibaratkannya seperti keberadaan kunci pintu yang terduplikasi. Apa hasilnya?

Kita pasti akan melihat wujud yang 99% sama antara kunci asli dengan duplikatnya. Jika tidak sama, sudah pasti akan tidak bisa digunakan untuk membuka pintu. Kalaupun ada perbedaan, pasti yang berbeda adalah "ukiran" yang ada di bagian gantungannya. Terkadang mereka (yang menduplikasi kunci) akan menandai kunci tersebut dengan brand yang berbeda.

Cara ini juga bisa dilakukan dalam membuat film yang berlabel remake atau branding saat ini adalah reborn. Terlepas dari apapun istilahnya saya berpikir bahwa mereka harus mampu menghasilkan sesuatu yang sama terlebih dahulu sebelum membuat tambahan ataupun suguhan yang berbeda (baca: inovasi). Memang seperti yang seringkali digaungkan, bahwa kita tidak akan bisa menduplikat Warkop DKI, dengan "memanggil kembali" Dono, Kasino, Indro versi asli ke dalam film masa kini. Namun, dengan nama yang sama maka yang ada di pikiran penonton adalah sesuatu yang serupa. Apakah itu dilarang ketika akan menonton film ini?

Bagi saya persepsi itu tidak akan dilarang walau secara obyektif penonton akan didorong untuk open mind. Namun, open mind ini lebih ke ranah cerita bukan terhadap karakter. Karena karakter itu sesuatu yang solid. Dono, Kasino, dan Indro itu solid. Ada bentuknya dan polanya tersendiri dan itulah yang harus dimiliki oleh pemerannya. Itu pula yang harus kembali dilihat oleh penonton.

Cerita boleh dieksplorasi sampai ke segala macam, namun bagaimana dengan penokohannya, apakah sudah selesai? Selesai di sini maksud saya adalah pendalaman karakter dan penyerupaan karakter apakah sudah sesuai dengan ekspektasi? Atau mungkin apa yang ada di part 3 ini adalah ekspektasi di plan yang bukan plan A?

Saya tidak akan menyinggung lebih jauh tentang kualitas berakting mereka. Namun yang menjadi pertimbangan saya dalam menanggapi keberadaan film ini yang tentunya telah diekspos besar-besaran -review dan berbagai tanggapan telah ada di mana-mana- adalah mengapa harus mereka (cast untuk trio DKI) dan mengapa harus kembali memproduksi Warkop DKI dengan harus ada sosok Dono, Kasino, Indro?

Mengapa tidak untuk mencoba membuat film yang benar-benar dikhususkan untuk memparodikan keberadaan Dono, Kasino, dan Indro namun ke versi yang benar-benar berbeda. Hal ini bisa disiasati dengan perbedaan nama yang nyaris berbeda walau terdengar sama. Contohnya Dono disebut Odon, Kasino disebut Okas, dan Indro disebut Ondro.

Atau mereka dijadikan seperti anaknya Dono, Kasino, dan Indro. Sehingga mereka akan menjadi karakter tertentu yang seolah memang anak trio DKI yang diceritakan akan meneruskan kiprah petualangan dari Warkop DKI. Memang terkesan akan menyeleweng, tapi mengapa tidak? Toh, di masa-masa film atau serial terakhir Warkop DKI, mereka menceritakan tentang pernikahan mereka masing-masing, bukan? Jadi, mengapa tidak itu saja yang diproduksi?

Karena, melalui cara itu, (menurut saya) kita tidak hanya akan open minded terhadap cerita yang disuguhkan, namun juga terhadap tokoh yang ada di cerita tersebut -karena tanpa tokoh yang tepat ceritanya pun akan sulit untuk dibangun dan dikembangkan. Itulah yang menurut saya patut dicermati dalam produksi film yang harus berembel-embel Warkop DKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun