Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menantikan Masa Depan Ajax Amsterdam

19 April 2019   05:54 Diperbarui: 19 April 2019   18:55 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: @AFCAjax | twitter.com/AFCAjax

Sudah seharusnya sepakbola Eropa tidak hanya berkutat pada Real Madrid, Barcelona, Liverpool, Manchester United, Juventus, Bayern Munchen, maupun Paris Saint Germain (PSG). Hal ini guna membuat persaingan semakin terbuka dan para pemain tidak lagi hanya memiliki asa memperkuat klub besar seperti yang sudah disebutkan itu.

Bukan hal mustahil jika kemudian gelar juara Liga Champions tidak lagi berputar-putar pada negara Spanyol, Inggris, dan Italia. Mungkin sudah saatnya gelar juara dapat diraih oleh klub dari negara lain. Seperti Belanda misalnya, yang memiliki beberapa klub yang cukup kompetitif khususnya saat berlaga di Liga Champions.

Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, dan Feyenoord sebenarnya merupakan klub-klub yang seringkali dikenal sebagai klub yang mampu mencetak pemain bintang. Artinya, secara kompetisi domestik dan filosofi bermain sepakbolanya juga tidak kalah dengan negara-negara langganan semifinal Liga Champions, seperti Spanyol misalnya. 

Bahkan setiap musim, klub-klub asal Liga Belanda (Eredivisie) tidak pernah absen untuk terlibat aktif dalam bursa transfer, khususnya dalam penjualan pemain. Termasuk di musim depan, salah satu pemain potensial dari Belanda yang memperkuat Ajax Amsterdam, Frenkie De Jong akan bergabung ke Barcelona*.

Di sinilah kemudian kita bisa melihat bahwa Eredivisie mampu menghasilkan atmosfer permainan yang bagus dan dapat dijadikan landasan kualitas dalam bersaing dengan kompetisi lainnya. Terbukti bahwa salah satu klubnya pun mampu bersaing sengit di Liga Champions musim ini (2018/19), Ajax Amsterdam.

Bersama para pemain muda penuh potensial dan juga pemain-pemain yang sarat pengalaman seperti (salah satunya) Dusan Tadic, Ajax mampu menjelma sebagai kuda hitam di kompetisi tertinggi di Eropa. 

Inilah yang kemudian menjadi sinyal bagus bahwa liga Belanda. Yaitu, tidak hanya dipandang sebagai rumah pertama bagi para pesepakbola junior, namun (seharusnya) juga dapat menjadi rumah yang sebenarnya bagi para pemain matang yang ingin membuat tim seperti Ajax ini dapat menjadi salah satu kekuatan besar di Eropa.

Di musim ini, Ajax kembali muncul ke permukaan dengan penampilan impresif. Tidak hanya karena sedang menjadi tim terkuat di Belanda (memuncaki klasemen sementara), namun juga karena penampilan fantastisnya di Liga Champions. Hal ini dapat dilihat ketika mereka berhasil lolos dari fase grup dan menghadapi Real Madrid.

Menjadi lawan bagi juara bertahan tiga kali beruntun tentu bukanlah kabar bagus bagi Ajax. Baik itu bagi tim, maupun pendukungnya. Termasuk ketika di leg pertama, mereka dikalahkan 1-2 oleh Sergio Ramos dkk. Maka, misi untuk menang dan lolos di kandang lawan (Santiago Bernabeu) nyaris mustahil.

Namun, bukan sepakbola Belanda jika tidak mampu membuat permainan sepakbola menjadi terlihat penuh energi dan keoptimisan. Itulah yang terlihat di pertandingan kedua antara Real Madrid yang sedang yakin lolos dengan Ajax yang mengusung 'the mission impossible'.

Misi yang kemudian diubah oleh Ajax menjadi 'possible', dan terbukti Ajax berhasil menghancurkan sang raksasa yang sedang lesu dengan skor 1-4.

Ajax pun melaju ke fase 8 besar.
Uniknya, mereka harus bertemu dengan klub yang diperkuat mantan pemain dari Real Madrid, Cristiano Ronaldo. Kisah yang menarik. Karena, Ajax tidak hanya mencoba untuk kembali menang dan melaju ke fase selanjutnya. Namun juga karena publik menantikan apakah Cristiano Ronaldo mampu membawa klubnya melaju lebih jauh daripada bekas klubnya dan 'membalaskan luka' bekas klubnya.

Leg pertama yang berlangsung di Amsterdam ArenA/Johan Cruijff Arena terlihat bahwa Juventus akan menjalani pertandingan yang sesuai rencana. Termasuk dengan hasil akhir di 90 menit pertamanya---skor imbang 1-1. Artinya, tugas untuk lolos ke fase selanjutnya bukan hal yang berat, dibandingkan saat anak asuh Massimilliano Allegri menyingkirkan Atletico Madrid di laga 16 besar.

Namun, prediksi tinggallah prediksi. Hasil akhir tetaplah ditentukan oleh pertandingan yang jauh lebih diketahui oleh kedua tim yang sedang berupaya untuk menggapai misinya masing-masing. Juventus ingin (mempertahankan peluang) kembali ke final, Ajax ingin kembali merangkai kisah manisnya di Liga Champions musim ini.

Situasi terlihat baik-baik saja bagi Juventus. Apalagi ketika si pemain andalan barunya saat ini, Cristiano Ronaldo kembali menjadi pencetak gol ke gawang Ajax, setelah di leg pertama kapten timnas Portugal ini juga menjadi pencetak gol semata wayang Juventus. Uniknya, seolah seperti dejavu, karena Ajax juga mampu mencetak gol pasca tertinggal terlebih dahulu---seperti di leg pertama.

Namun, petaka sepertinya diberikan oleh Ajax ke tuan rumah setelah mereka berhasil unggul. Skor 1-2 di laga itu pun menjadi skor akhir yang sudah cukup bagi Ajax untuk berpesta kecil di kandang Juventus. Ajax lolos ke semifinal!

Hal yang luar biasa dan membuat publik Amsterdam pasti akan sangat bergembira melihat tim kesayangan mereka akhirnya tidak hanya menjadi penggembira di fase grup Liga Champions ataupun juga menjadi pemenuh slot 16 besar. Namun di musim ini, mereka berhasil menjejak ke semifinal dengan meyakinkan, menumbangkan dua tim raksasa dari dua kompetisi berbeda, Real Madrid dan Juventus. Luar biasa, bukan?

Inilah yang menjadi pembahasan menarik bagi penikmat sepakbola zaman now yang sudah mulai terbiasa melihat Barcelona, Real Madrid, Bayern Munchen, Juventus, atau di musim lalu ada Liverpool yang mencoba kembali ke puncak kejayaan di tanah Eropa. 

Kini, kita kembali melihat sepakbola Eropa mulai bisa 'dimiliki' oleh semua klub dari berbagai liga. Tidak lagi hanya Inggris, Italia, Jerman, ataupun Spanyol. Bahkan negara yang disebut terakhir adalah negara yang menyumbangkan dua-empat klub untuk menjadi perengkuh gelar maupun minimal langganan semifinal. 

Barcelona dan Real Madrid nyaris secara silih berganti berupaya untuk mendominasi di level Liga Champions. Sedangkan di level Liga Europa kita bisa melihat Sevilla dan Atletico Madrid begitu kuat. Bahkan jika didetilkan lagi, maka kita juga tahu bahwa Atletico Madrid pernah menjadi finalis (2x) Liga Champions. 

Maka, tidak mengherankan jika kemudian kiblat sepakbola mulai mengarah ke Spanyol. Sedangkan untuk kekuatan dan kesengitan dalam kompetisi domestik, kita dapat melihat Liga Inggris sangat besar pengaruhnya dalam membius para pemain terbaik dari seluruh penjuru Bumi untuk berkompetisi di sana.

Ini yang kemudian membuat klub-klub di Inggris juga tetap mendapatkan tempat untuk diperhitungkan dalam perebutan gelar Liga Champions---kualitas klub wakil Inggris masih terjaga. Begitu pula dengan Serie A yang terwakilkan oleh kekuatan besar yang nyaris tak tertandingi di kompetisi domestik, Juventus. 

Juventus hadir dengan upaya untuk dapat merengkuh Si Kuping Besar dalam lima musim terakhir. Suatu hal yang sempat terpikirkan akan dapat direalisasikan ketika klub Putih-Hitam ini dapat merekrut Cristiano Ronaldo. 

Pemain yang tidak dapat dipungkiri telah menjadi bagian paling penting bagi Real Madrid untuk merengkuh 3 gelar Liga Champions secara beruntun. Bahkan, bersama Cristiano Ronaldo pula, Real Madrid memecahkan misi La Decima (meraih gelar Liga Champions kesepuluh).

Artinya, sepakbola Eropa nyaris akan terus berkutat di tiga liga ini---La Liga, Premier League, Serie A. Hanya ada satu wakil Jerman (Bundesliga), Bayern Munchen dan PSG si wakil Prancis (Ligue 1) yang kadangkala dapat lolos ke semifinal (Bayern 3x finalis dan juara 2012/13). Dalam lima-sepuluh musim terakhir, hal ini terus terulang. Inilah yang kemudian menjadikan Liga Champions semakin kurang akrab dengan klub-klub wakil liga lainnya.

Tidak hanya bagi wakil Liga Belanda, namun bagi wakil Liga Portugal pun mulai kesulitan untuk kembali kompetitif seperti di musim 2003/04 yang mana FC Porto mampu menjadi kampiun Liga Champions. Atau di masa awal-awal Liga Champions ganti format, seperti di musim 1994/95 yang mengeluarkan Ajax sebagai sang kampiun**.

Artinya, wakil Belanda juga memiliki garis prestasi di masa lalu. Lalu, apakah sejarah emas itu bisa kembali ke pangkuan wakil Belanda? Mampukah Ajax kembali mengukir prestasi? Jika mungkin tidak sekarang---musim ini, mungkin musim depan. Karena, dengan semangat dan gaya permainan penuh energi seperti yang diperagakan Ajax di musim ini terus terjaga. Maka, tidak akan terlalu mustahil bagi mereka untuk mulai meyakini bahwa mereka juga bisa juara. Kenapa tidak?

Namun, sebelum melangkah ke cita-cita itu, kita perlu mempertanyakan satu hal. Yaitu, tentang bagaimanakah masa depan Ajax? Mampukah mereka menjaga momentum hebat di musim ini sampai ke musim-musim selanjutnya?

Atau mereka akan cepat tenggelam seperti AS Monaco yang terlampau liar dalam menjual semua pemain bintangnya dan kini malah terpuruk***. Inilah yang patut diwaspadai oleh tim manajemen Ajax. Setidaknya mereka harus mampu mempertahankan para pemain yang sedang menjadi tumpuan performa bagus di musim ini. 

Jika hal ini dapat dilakukan, mungkin satu-dua musim ke depan Ajax bisa menjelma menjadi salah satu tim kuat di Liga Champions, dan menjadi semifinalis bukan lagi sebuah keajaiban, melainkan keharusan.

Jadi, mau bagaimana Ajax?

Malang, 18-19 April 2019
Deddy Husein S.

Referensi:
*. Berita transfer Frenkie de Jong.
**. Sejarah finalis Liga Champions dari masa ke masa.
***. Kondisi AS Monaco musim ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun