Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Mampukah Metaverse Menggantikan Kehidupan Nyata?

12 Januari 2022   13:29 Diperbarui: 14 Januari 2022   10:07 2459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi metaverse. Sumber: Digital Trends via Kompas.com

Siggens bukan satu-satunya korban, berdasarkan laporan Center for Counting Digital Hate (CCDH), insiden kekerasan terjadi setiap 7 menit pada dunia virtual populer via chat.

Ini yang bikin konsep Metaverse menjadi problematik. Dunia virtual membuat kita merasakan pengalaman digital. Meski hanya terasa sedikit  sentuhan tapi Metaverse bertujuan menciptakan pengalaman bagi pengguna untuk merasakan sensasi se-ril mungkin seperti di dunia nyata. Sehingga ke depannya tindakan kriminal di dalam Metaverse akan terasa sangat nyata karena Metaverse akan terus berkembang.

Jadi, bisakah raksasa teknologi mengatasi masalah ini? Bisakah mereka menjamin privasi dan keamanan avatar digital pengguna?
Tidak bisa.

Direktur IT Meta (sebelumnya Facebook) Andrew Bosworth memperingatkan karyawannya bahwa menciptakan pengalaman realitas virtual yang aman adalah bagian penting dari rencana bisnisnya --- tetapi juga berpotensi mustahil dalam skala besar.

"Secara praktis, mengatur bagaimana cara orang berbicara dan bertindak dalam skala luas, tidak mungkin bisa dilakukan." terang Bosworth kepada The Verge.

Jawaban tersebut membawa kita kembali lagi ke pertanyaan tadi, apakah Metaverse aman? Khususnya anak-anak, apakah Metaverse aman bagi mereka? karena target audeins kebanyakan perusahaan komersil adalah anak-anak dan remaja, mereka selalu berada di internet, sampai-sampai ada istilah 'generasi rebahan'.

Studi menunjukan bahwa Metaverse tidak aman bagi anak-anak. Banyak laporan kriminal yang dilakukan terhadap anak-anak, seperti: dipaparkan konten seksual, ujaran kebencian, pandangan ekstrimisme dan rasisme; anak-anak juga menjadi subjek pelecehan seksual.

Dan seperti yang kita bahas di atas, secara praktis, tidak mungkin dihentikan oleh algoritma.

Poin saya sederhana dan klasik. Seperti teknologi lainnya, Metaverse dapat mengubah dunia ke arah yang lebih baik, tapi juga telah menjadi alat yang berbahaya bagi para predator untuk melakukan kejahatan dan lolos dari hukuman.

Metaverse bisa menjadi pelarian berbahaya dan tidak sehat bagi mereka ingin sejenak ke luar dari dunia nyata.

Kita sedang berada di masa-masa sulit. Kebutuhan berinteraksi sosial kita dibatasi untuk menghentikan penyebaran virus mematikan. Dan kita bergantung pada teknologi untuk mengisi kekosongan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun