Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Mampukah Metaverse Menggantikan Kehidupan Nyata?

12 Januari 2022   13:29 Diperbarui: 14 Januari 2022   10:07 2459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi metaverse. Sumber: Digital Trends via Kompas.com

Meski sempat gagal sebelumnya dalam peluncuran produk Google Class pada 2013, Google sedang mengerjakan proyek VR/AR, yang diprediksi KOMPAS yaitu sebuah kacamata pintar.

Microsoft juga tak mau ketinggalan, dengan menciptakan avatar dan meeting tiga dimensi dalam dunia virtual yang disebut MESH, dilansir dari The Verge.

Selanjutnya Disney yang juga tak mau tertinggal di belakang. Dilansir dari VR Scout, Disney menciptakan Disney Team Metaverse yang akan menjadi ekstensi bagi layanan film dan streaming.

Bahkan Pemerintah juga ikut  bergabung dalam tren Metaverse. Reuters mewartakan, Kementerian Sains dan TIK Korea Selatan menciptakan "aliansi metaverse" pada Mei 2021 untuk mengoordinasikan dan memfasilitasi pengembangan platform Virtual dan Augmented Reality (VR/AR). Sejauh ini 500 perusahaan, termasuk Samsung, Hyundai Motors, SK Telecom, dan KT telah bergabung dalam aliansi tersebut. Sebagai bagian dari Digital New Deal 2.0 Presiden Moon Jae-in, pemerintah berjanji untuk menyediakan hingga 30 miliar Won pada tahun 2022.

Barbados menjadi negara berdaulat pertama yang mengatur kedutaan ke dalam dunia virtual.
Hampir semua orang di planet ini akan dapat mengetuk pintu kedutaan ini. Kompleks diplomatik sedang dibangun di sebuah dunia online atau Metaverse bernama Decentraland, dan dapat diakses melalui komputer dan headset VR, dilansir dari Bloomberg.

Di Amerika, Pemerintah Kota Santa Monica bekerja sama dengan salah satu perusahaan pengembang Metaverse untuk membuat replika Kota Santa Monica dalam bentuk virtual, di mana pengguna bisa berlarian mengumpulkan item, dilansir dari Diplomat.

Di Indonesia, topik dakwah dan mengaji di Metaverse sedang hangat diperbincangkan. Bisa jadi itu merupakan gestur pemerintah untuk membangun satu (atau bahkan multiple) Metaverse tahun ini, who knows?

Yang kita tahu, hampir semua perusahaan besar bahkan pemerintah menganggap serius Metaverse. Metaverse tidak lagi dipandang sebagai cerita novel, atau sekedar eksperimen dari para pecandu teknologi di lab, kini Metaverse telah (dan terus dikembangkan dengan kecepatan tinggi) menjadi realita alternatif yang tak terhindarkan.

Abaikan Metaverse atau menyangkal manfaatnya, maka kita kemungkinan besar akan menjadi penderita kesepian 2045 ala Sri Mulyani.

Jadi, penting kini untuk menanyakan pertanyaan seperti: apa Metaverse menjamin keamanan data pribadi kita? Apa Metaverse merupakan dunia yang pantas bagi ideologi kita? Se-demokratis apa di dalam sana? dan yang paling penting dari segalanya, apa Metaverse aman untuk dijelajahi?

Karena sudah ada laporan kasus kriminal di Metaverse yang diwartakan The Verge. Seorang wanita di San Francisco bernama Chanelle Siggens mengatakan avatar-nya diraba-raba oleh orang asing saat bekerja sebagai penguji beta di platform Metaverse Horizon Worlds. Saat wanita itu memarahinya, si penyerang malah membalas "ini Metaverse, saya lakukan apa yang saya mau".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun