Mohon tunggu...
Dean Wardana
Dean Wardana Mohon Tunggu... Relawan - Pembelajar

Pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peluk atau Pelik?

18 Januari 2021   03:05 Diperbarui: 18 Januari 2021   20:13 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adalah bagian dari tafakkur,  kontemplasi,  cara untuk berfikir lepas dan bebas. Menuangkan pikiran melalui tulisan terkadang menjadi opsi terbaik dikala suara tak cukup untuk menggema. 

Pikiran yang bising dan pandangan yang tak pernah bisa lepas dari samar bayang-bayang seseorang menjadi bagian dari fungsi otak yang sebetulnya tidak penting-penting amat, meresahkan.  Di tengah dunia yang sebetulnya ramai, seolah yang ada hanya kamu. setiap sudut tempat berubah menjadi wajahmu, semoga Tuhan ku tak cemburu.

Hari ke hari berganti namun bagiku tetap saja sama, yang berbeda hanyalah perihal nasib, waktu dan tahun. Tanpamu, tanpa tanya dan seuntai sapa, hai apa kabar? Oh Iya semoga kita tetap waras dan baik-baik saja menghadapi hidup yang kadang terlalu banyak bercanda. Yaa

Perhatian ku tetap terpusat padamu dan belum berpindah hingga tulisan ini ku muat. Seperti banyak bintang dimalam hari, tapi yang masih terang hanya kamu seorang. Maaf sedikit gombal biar tidak serius-serius amat. Memangnya kamu mau kalo aku seriusin? Canda serius.

Sekedar menyapa saja tak lagi berani, perindu macam apa aku ini? Dasar perindu tak bernyali. Enaknya memaki diri sendiri. Tak enakan, takut mengganggu dan tau diri sedang menguasai pikiran ku saat ini. 

Setiap dari kita pernah berada di posisi sulit kan? Berdiri di dua persimpangan yang begitu dilematis, sensitif dan tragis. Dimana mundur enggan maju pun riskan, melepas sulit menggenggam pun tak mampu, seperti hidup segan mati juga tak mau. Pelik bukan? Makanya jadilah dirimu sendiri! jangan jadi aku, berat sayang

Dan sekarang aku sedang berada disitu sambil menunggumu, maksudku  menunggu kesempatan datang dan bertanya entah sampai kapan begini, uhm iya maksudku begitu. kira-kira kapan ya? tapi setengah sadar aku tak ingin lagi berharap lebih, kalimat pendek ini kau baca juga sudah lebih dari cukup, bahagianya bukan kepalang. 

Semoga ini bagian dari do'a dan sapa untuk sementara waktu atau mungkin seterusnya sampai aku tak punya lagi jatah usia lalu kehabisan kata-kata. Sebab ini merupakan sedikit tabungan dari kalimat panjang yang akan dibuat untuk membeli perhatianmu dalam beberapa waktu kedepan. Dan semoga masker mu tak retak setelah membaca ini, kan engga lucu. Sudah itu dulu. Salam sapa, semoga ini menghangatkan mu... Peluk jauh  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun