Tanggal 21 Juni silam, Trump mengumumkan USA akan mempertimbangkan untuk menyerang Iran dalam 2 pekan berikutnya. Berarti jika dihitung, baru sekitar awal Juli nanti USA akan menyerang Iran. Tetapi, tidak sampai 2 hari kemudian Trump menjilat ludahnya sendiri. Armada bomber B-2 spirit USA menyerang langsung tanah Iran, di 3 titik yang diklaim sebagai pusat aktivitas nuklir Iran.
Segera setelah mengirim bom, Trump mengumumkan penyerangan tersebut dengan penuh kebanggaan. Sekali lagi dengan mengatasnamakan kepentingan dunia, USA mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan upaya menerbitkan perdamaian. Tentu saja kita tahu, maksudnya adalah Iran harus menyerah tanpa syarat.
Tapi rupanya di luar prediksi USA, militer Iran menunjukkan nyali berlapis baja. Tidak menunggu lama, rudal-rudal Iran terbang ke angkasa dan jatuh di pangkalan militer USA di Qatar. Tidak cuma Israel, Iran berani membalas USA, bahkan mengejek dengan mengatakan jumlah rudal yang ditembakkan ke pangkalan militer USA di Qatar sama persis dengan jumlah bom yang ditembakkan USA ke tanah Iran.
USA terhenyak, Trump tertegun, mereka tidak pernah menyangka sedikit pun negara yang diembargo USA selama 4 dekade memiliki keberanian untuk berhadapan langsung dengan kekuatan militer terbesar di dunia. Sendirian!
Tentu saja USA mengelak adanya kerusakan berarti dan korban di pangkalan militer mereka. Tetapi reaksi dan tindakan Trump berikutnya, menegaskan pukulan Upper Cut Iran telak menghantam dagu kaca USA. USA telah dipukul K.O.Â
Anehnya tidak lama setelah serangan Iran, USA menurunkan gengsinya. Demi menyelamatkan muka USA, Trump mengumumkan (secara sepihak) tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel. Padahal, sebagai negara adi daya serangan itu adalah penghinaan terhadap USA.Â
Tetapi Iran lebih mengejutkan USA dengan menolak kesepakatan tersebut:" Tidak ada gencatan senjata, jika Israel masih melakukan serangan" tegas menteri luar negeri Iran.
Iran sekali lagi menampar USA.
Rangkaian kejadian tersebut harus ditelusuri sejak saat Iran melakukan serangan balik ke Israel. Melalui strategi yang jitu dan tidak terbaca super komputer USA mau pun Israel, Iran melakukan eksekusi perang yang cerdas. Meskipun harus kehilangan pucuk-pucuk pimpinan militernya. Sekali lagi pengalaman, kreativitas dan kekuatan sumber daya manusia menegaskan diri berada di atas teknologi.