Mohon tunggu...
Dealicious
Dealicious Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Maulidia, tapi lebih familiar ketika saya dipanggil Dea. Hobi saya membaca, menulis dan melakukan hal-hal baru. Saya tidak tahu harus mulai dari mana, tapi semoga Kompasiana membantu talent yg saya miliki.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibuku dan Setumpuk Puisi Miliknya

1 April 2024   17:00 Diperbarui: 2 April 2024   19:52 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/id-id/foto/ditulis-tangan-buku-catatan-penulisan-cahaya-lilin-6037572/

Dengan raut muka kecewa dia berbisik pada Enji “Maafkan saya, saya gagal. Saya tidak bisa menyelamatkan ibu”. Tangis Enji pecah tak bersuara, tubuhnya langsung tersungkur. Ayahnya hanya bisa menangis dengan memeluk anak gadisnya itu. Mbak Tere tak kuasa menahan air matanya yang sedari tadi ia tahan. Ibu pun akhirnya segera dikebumikan tidak jauh dari rumah keluarga Enji.

 Sekarang hanya tinggal berdua, tentunya ia tidak akan pernah mau memilih keadaan ini. Namun karena Enji anak yang baik dan kuat, dia tidak mengurungkan niat untuk melanjutkan untuk berusaha mempublikasikan karya-karyanya. Dia sedang membenahi kamar ibu dan merapikan barang-barang yang sudah tidak dipakai.

 Ditengah-tengah membereskan baju-bajunya, Enji menemukan buku yg sudah sangat lama, itu buku tulis besar dan setebal buku Harry Potter. Enji membuka dan alangkah terkejutnya ketika ia melihat sesuatu yg sangat familiar. Enji bergegas mengambil surat misterius dan mencocokkan tulisan di surat dan tulisan yang ada buku tebal milik ibunya. Tidak salah lagi, ini memang tulisan yang ada di surat misterius itu. Enji pun melanjutkan membaca isi yang ada pada buku, isinya puisi-puisi indah yang nan realistis. Ketika sampai pada baris baris terakhir, Enji lebih dikejutkan lagi dengan tertanda dibawah puisi itu. Tertanda Meilia Sina.

Ia membuka-buka halaman selanjutnya, halaman selanjutnya dan selanjutnya hingga akhir. Bahkan di lembaran terakhir disana masih tertanda nama Meilia Sina.

Apa maksudnya?

“Aya—”

Belum sempat memanggil, ayahnya sudah melihat Enji sedari tadi.

“Sepertinya ayah tidak perlu menjelaskan lagi, iya Enji. Apa yang kamu lihat benar, Meilia Sina itu ibumu. Ibumu memang sudah tidak ada, tapi karya-karyanya akan terus hidup”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun