"Plastik hitam adalah misteri teks. Tapi pembaca lazimnya tahu bahwa problemnya soal pangan. Secara tuturan, datar banget. Plain. Tapi justru itulah ngerinya. Ketidakpunyaan yang susah diucap, saking kelunya dibahas, jadinya produk teks yang keluar sangat datar. Merindingnya di situ."
Eh gimana maksudnya? tanya saya lagi.
Ngeri karena pangan yang disebut di puisi hanya serpihan. Hanya sisa. Dan piring cuma wadah. Kayak anjir.
Iya, sebab itu yang saya lihat saat anak-anak lari berkejaran. Rebutan reremahan roti, kata saya lagi.Â
Saya mengucapkan terima kasih, karena diberi komentar meski singkat oleh Hamzah.
Pengalaman siang itu, saya kenang dalam tulisan tersebut. Yang semoga membuat teman-teman berkenan membacanya, dan terpantik memikirkan banyak hal. Sekali lagi, semoga teman-teman berkenan membaca tulisan tentang Rahasia Bahagia tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI