Di sisi lain, ada pula mereka yang tetap berjuang menjaga kemurnian agama. Mereka yang percaya bahwa ibadah harus tetap murni, bahwa keikhlasan harus tetap menjadi dasar utama, dan bahwa agama bukan sekadar alat untuk kepentingan duniawi. Mereka menolak ketika agama diperdagangkan, ketika spiritualitas dijadikan komoditas, dan ketika nilai-nilai suci dikorbankan demi keuntungan materi.
Namun, apakah perjuangan mereka cukup kuat untuk melawan arus besar?
Iman sinkretisme kini bukan lagi sekadar percampuran antar keyakinan, tetapi juga percampuran antara iman dan bisnis, antara ketulusan dan kepentingan, antara spiritualitas dan eksploitasi. Dan di tengah pusaran ini, umat terus bertanya: di mana kita harus berdiri? Apakah kita menerima realitas ini sebagai kebutuhan, ataukah kita harus berjuang untuk mengembalikan kemurnian iman yang sejati?
Di antara doa-doa yang dipanjatkan, di antara ibadah yang khusyuk, pertanyaan ini terus menggantung di udara---tanpa jawaban yang pasti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI