Saya pribadi, meski awalnya selalu bertanya, kapan ini semua berakhir? Katanya 14 hari? Lah ini sudah bulanan. Akhiri dong! Namun ternyata setelah melihat perkembangan yang ada. Agak ngeri juga kalau relaksasi PSBB ini diberlakukan. Dilarang saja masih tidak tertib kok. Misalnya foto berikut:Â
Ngeri pada orang-orang yang tidak peduli dan abai pada protokol kesehatan, misalnya protokol rajin cuci tangan, batuk yang beretika, menggunakan masker, tidak bepergian ke keramaian jika sakit. Artinya tidak steril untuk berada diluar sana.Â
Sekiranya sama-sama tertib, sama-sama melakukan protokol kesehatan, akan lebih aman jika harus relaksasi ini dilakukan, meniru seperti warga di negara-negara yang masyarakatnya well-educated. Warga kita masih lebih takut dapur tidak ngebul daripada Covid-19 ini. Tidak kerja tidak ada makanan di rumah, bisa mati juga.Â
Pergi keluar, bekerja, dapat uang untuk belanja, bisa makan, mungkin tidak mati, toh belum tentu juga tertular. Atau diam di rumah mati, keluar dari rumah juga mati.Â
Ya sama saja, sudahlah. Boro-boro beli masker, beli hand sanitizer, makan aja susah. Bisa jadi ini yang ada dipikiran warga. Sekiranya harus, maka layaklah medical kit seperti masker atua hand-sanitizer dibagikan gratis ke warga, utamanya yang tidak mampu beli.
Lain sisi, saya ngeri juga kalau relaksasi PSBB ini jika tidak berhasil. Ngeri bakal melihat kejamnya caci-maki kelompok tertentu di medsos, semisal terjadi hantaman gelombang kedua Covid-19, korban berjatuhan, rumah sakit kewalahan. Tidak becus, gagal, asal-asalan, sembarangan.Â
Mungkin serapah akan menghiasi laman medsos di jagat maya.Â
Virus itu masih ada, belum hilang! Sekiranya vaksin sudah ditemukan, tentu rasa khawatir akan lebih mudah ditepis. Hanya bisa berharap para dokter maupun ahli farmasi bisa segera menemukan penetralisir Covid-19 yang katanya terus bermutasi ini. Sabarlah.. Entah sampai kapan...
Tautan referensi: 1, 2, 3, 4, 5, 6