Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pelonggaran PSBB, Ceria atau Malah Ngeri?

10 Mei 2020   01:27 Diperbarui: 12 Mei 2020   19:27 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah negara mulai melonggarkan lockdown, termasuk China dan Australia| Sumber: Aly Song/Reuters

Photo by Collin Guernsey from Pexels
Photo by Collin Guernsey from Pexels
Ada hal unik juga, negara Andorra, malah memberlakukan jadwal ganjil genap. Keluarga beranggota ganjil dapat keluar rumah tanggal ganjil, dan sama halnya dengan yang genap. 

Pemerintah Malaysia, negara tetangga kita, mulai melonggarkan aturan lockdown yang sudah berlangsung enam minggu di negaranya. Sedangkan Amerika Serikat belum jelas, sehingga ada warga yang melakukan aksi protes, agar semua kegiatan dibuka kembali. 

Rata-rata negara tersebut mulai melonggarkan kebijakannya pada akhir April lalu, dan berencana mengakhiri lockdown dan memulai hidup normal baru pada awal semester dua tahun 2020 nanti. Tetapi perlu digarisbawahi, protokol kesehatan tetap dilaksanakan. Misalnya masker, cuci tangan, dan seterusnya.

Unlockdown sekolah anak di Australia
Negeri Kangguru mulai melonggarkan kebijakan lockdown di negaranya yang telah dimulai secara ketat pada bulan Maret lalu. Universitas, sekolah, hotel, restoran, dan bisnis lainnya ditutup. Semua wajib work from home! 

Namun, situasi terbaru, Australia bertahap akan membuka larangan-larangan lockdown. Mirip dengan Denmark, diawali dengan membuka sekolah-sekolah di Western Australia pada 29 April yang lalu. 

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison berargumen bahwa hanya ada 20 infeksi baru setiap hari, kurva sudah melandai. Morrison juga mendapat masukan dari ahli-ahli medis, aman untuk anak-anak kembali bersekolah dengan protokol kesehatan. Menarik untuk tahu alasannya. Berikut lima alasan tersebut: 


1. Anak yang terinfeksi Covid-19, sangat kecil jumlahnya dibandingkan orang dewasa. Dari data 25 April, total 6.700 orang yang terkonfirmasi positif, hanya sekitar 150 anak kecil diantaranya. Persentasenya hanya sekitar dua perseratus.

2. Anak kecil jarang adanya yang sakit parah, meskipun positif Covid-19. Seluruh dunia dan Australia, menemukan bahwa jarang sekali anak-anak dirawat di rumah sakit karena Covid-19 ini, apalagi sampai meninggal, sangat jarang. 

Secara global, hanya 1 dari seribu orang yang terkonfirmasi positif. Dalam studi di Islandia, tidak ada anak berusia di bawah 10 tahun yang terinfeksi tanpa ada gejala. Sehingga jika anak sakit, tidak boleh datang ke sekolah.

3. Anak-anak tidak menyebarkan Covid-19 layaknya orang dewasa. Berbeda dengan flu musiman, anak yang sakit akan menulari siapapun disekitarnya. 

Namun berbeda pada pandemi Covid-19 ini. Studi di keluarga-keluarga di China, Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Iran, menunjukkan bahwa kurang dari 10% anak-anak menjadi penyebar Covid-19, entah ke sesama anak-anak atau ke orang dewasa disekitarnya. Studi di Belanda juga mengungkap demikian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun