Budi, seorang driver di Jakarta, bekerja 14 jam/hari untuk membawa pulang Rp 150.000. Setelah dipotong bensin dan servis motor, ia hanya bisa membawa pulang bersih sekitar Rp 80.000---bahkan di bawah upah harian buruh bangunan.
II. Dampak Sosial & Tata Kota yang Terabaikan
1. "Gig Economy" Menciptakan Generasi Pekerja Terpinggirkan
Ekonomi digital mestinya membawa kebebasan. Nyatanya, 92% driver tidak memiliki tabungan pensiun (Bank Indonesia, 2023). Mereka bekerja tanpa jaminan hari tua, terjebak dalam roda utang dan pengeluaran harian.
2. Kesehatan Mental Terkikis.
Kementerian Kesehatan mencatat lonjakan 45% kasus gangguan kecemasan pada driver ojol sejak 2020. Stres akibat target, ancaman suspend, dan ketidakpastian pendapatan menjadi pemicu.
3. Kota Makin Macet, Driver Makin Tertekan
Fakta Mengejutkan:
Motor ojek online menyumbang 22% dari total kemacetan di Jakarta (Dishub DKI, 2023).
Minim Integrasi Transportasi.
Tanpa kebijakan integrasi "first-mile--last-mile", driver ojol dipaksa ngebut mengejar target harian tanpa dukungan sistem transportasi publik. Akibatnya, lalu lintas makin kacau, polusi meningkat, dan driver makin tertekan.