Mohon tunggu...
David Alfaroz
David Alfaroz Mohon Tunggu... Mahasiswa Mercu Buana

Nama: David Alfaroz NIM: 43223010173 Fakultas Ekonomi & Bisnis/Prodi S1 Akuntansi Mata Kuliah: Sistem Informasi Akuntansi Dosen: Prof.Dr. Apollo, Ak, M.Si

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

12 Oktober 2025   19:53 Diperbarui: 12 Oktober 2025   19:53 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang Kebutuhan Pendekatan Hermeneutik dalam Akuntansi 

Dalam sejarah perkembangan teori akuntansi, terdapat dua paradigma besar: positivistik dan interpretatif. Paradigma positivistik yang mendominasi praktik akuntansi modern berangkat dari pandangan ilmu alam yang menekankan objektivitas, verifikasi empiris, dan pengukuran kuantitatif. Paradigma ini mengasumsikan bahwa fakta ekonomi dapat diukur dan disajikan secara netral melalui sistem pelaporan keuangan yang seragam.

Namun, paradigma tersebut mulai dikritik sejak pertengahan abad ke-20 karena dianggap terlalu reduksionis, hanya memandang akuntansi sebagai alat teknis dan mengabaikan aspek manusia, nilai, serta konteks sosial yang melingkupinya. Kritik ini melahirkan kebutuhan akan pendekatan alternatif yang lebih humanistik dan reflektif, yang dapat menafsirkan makna di balik angka-angka.

Di sinilah pendekatan hermeneutik Wilhelm Dilthey menjadi penting. Dilthey mengajukan bahwa pemahaman terhadap realitas manusia tidak dapat dijelaskan hanya dengan hukum sebab-akibat sebagaimana dalam ilmu alam, tetapi harus dipahami melalui pengalaman hidup (Erlebnis) dan makna yang terkandung dalam tindakan sosial.

Dengan menerapkan prinsip hermeneutik ke dalam teori akuntansi, kita dapat memahami bahwa setiap laporan keuangan bukanlah sekadar kumpulan data ekonomi, melainkan narasi sosial yang mencerminkan cara organisasi menafsirkan realitasnya.

Mengapa Akuntansi Membutuhkan Pemahaman, Bukan Sekadar Penjelasan

Dilthey membedakan dua cara memahami realitas:

  • Erklren (menjelaskan), yaitu mencari hubungan sebab-akibat sebagaimana dilakukan dalam ilmu alam;

  • Verstehen (memahami), yaitu menafsirkan makna tindakan manusia berdasarkan konteks hidup dan kesadaran pelakunya.

Akuntansi sebagai praktik sosial berada pada ranah verstehen. Dalam praktiknya, laporan keuangan dihasilkan dari serangkaian keputusan manusia: apa yang diukur, kapan diakui, bagaimana disajikan, dan untuk siapa dilaporkan. Setiap keputusan tersebut dipengaruhi oleh nilai, motivasi, serta tujuan tertentu.

Pendekatan hermeneutik menuntun kita untuk memahami makna di balik keputusan tersebut. Misalnya, ketika sebuah perusahaan memilih untuk menampilkan laba yang lebih konservatif, hal itu bisa berarti adanya kehati-hatian, kepatuhan pada regulasi, atau strategi membangun kepercayaan publik. Artinya, setiap angka memiliki dimensi makna yang tidak dapat dijelaskan semata-mata dengan teori kausalitas ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun