Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Perlu Passion yang Luar Biasa untuk Menjadi Petani Milenial

15 November 2021   08:29 Diperbarui: 2 Desember 2021   12:07 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani sayur sedang memanen beberapa sayuran yang ditanamnya. Foto: Kompas.com/Garry Lotulung

Di saat awal pandemi dimana ruang gerak manusia dibatasi demi mencegah penyebaran virus Corona, ketahanan pangan termasuk bagian yang sangat kritis selain karena tersendatnya pasokan bahan pangan. Begitu pembatasan sosial berskala besar dilakukan, beberapa harga sayur dan buah merangkak naik bahkan di awal social distancing itu harga bawang bombay membumbung tinggi hingga mencapai Rp. 200 ribu/ kg, jauh  lebih mahal dari harga sekilo daging. 

Padahal biasanya harga bawang bombay hanya Rp. 15 ribu/ kg. Ini membuat para bakul pizza dan lasagna tidak dapat berjualan karena tak mungkin menaikkan harga dagangannya. 

Ibu-ibu yang telah memborong daging karena sedang murah ( hanya Rp, 90 ribu/ kg ) dan bermaksud memasak beef teriyaki terpaksa merubah niatnya. Ini berlangsung sekitar 2 bulan. Tak hanya bawang bombay, harga ayam yang turun naik juga menggerus laba para pedagang makanan sebab mereka tak berani menaikkan harga jualannya.

dok.pribadi
dok.pribadi

Nyaris 2 tahun pandemi berjalan harga buah-buahan sudah naik nyaris 100%, kalau yang ini tidak lepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan demi meningkatkan imunitas tubuh. Harga telor dan ayam tak ubahnya seperti harga saham yang naik turun. Sempat peternak ayam petelur demo saat Presiden berkunjung ke Blitar, sebab saat harga telur turun drastis -- harga jagung sebagai pakan ayam membumbung tinggi. Memang ada issue bahwa industri peternakan ayam yang besar sebenarnya tidak  boleh bermain di ayam petelur. 

Adalah Amanda Cole -- perempuan milenial  Co-Founder dan CEO Sayurbox yang telah membangun bisnis penjualan sayur, buah dan bahan pangan lain secara digital sejak tahun 2016. 

Menemukan peluang untuk tumbuh lebih besar di tahun ke empat  (2020) dalam industri penjualan digital, Amanda mengaku bahwa pandemi COVID-19 inilah yang telah memacu pertumbuhan bisnisnya. Pasalnya, anjuran untuk tinggal di rumah mendorong orang untuk berbelanja online lebih sering ditambah lagi kesadaran yang meningkat untuk mengkonsumsi sayur dan buah demi kesehatan dan meningkatkan imun tubuh.

"Di awal pandemi kami sempat menerima pemesanan tinggi sekali. Omsetnya bisa 2 sampai 3 kali dari masa normal," jelas Amanda.

Bahkan, Amanda mengaku bahwa Sayurbox sempat harus tutup selama seminggu saat pandemi karena kewalahan melayani pesanan secara online. "Tapi di satu sisi kita juga ingin memastikan bahwa kita memberikan layanan yang baik, jadi kita tutup sementara supaya kita bisa meningkatkan layanan agar bisa memenuhi kebutuhan pesanan yang besar," ceritanya.

Di sisi lain, kondisi sejumlah pasar yang harus tutup selama pandemi memberi kelonggaran bagi Sayurbox untuk lebih mudah mendapatkan pasokan buah, sayur, daging hingga bahan pangan lainnya. 

Pasalnya petani yang kehilangan tempat untuk berjualan itu justru bisa memberikan produk-produk mereka untuk Sayurbox. Kondisi ini pun menjadi peluang bagi Sayurbox untuk bekerja sama dengan lebih banyak petani lokal yang pada akhirnya membantu mengembangkan bisnis lebih besar lagi. Sekaligus tetap menyediakan pasar yang sehat bagi petani.

Pandemi membuka kesadaran pada banyak orang bahwa ketahanan pangan harus diperjuangkan dari diri sendiri, mulai dari rumah sendiri. Tak hanya orang biasa yang mulai bercocok tanam bahkan artis-artispun mulai bercocok tanam juga ( contoh: Giring Niji & Atiqoh Hasiholan ).

dok.lmbanews.id
dok.lmbanews.id

Lebih jauh lagi akhirnya banyak orang menengarai bahwa petani sekaligus youtuber Lin Ziqi adalah tokoh yang paling berjaya dan survive saat pandemi ini.  Ziqi yang youtuber famous dengan puluhan juta penggemar terus menangguk dollar dari video-video yang menampilkan aktivitas menanam anek tanaman dan memanen hasilnya untuk diolah menjadi berbagai masakan lezat dan cantik ala Sichuan.

Tak hanya mengolah hasil bumi jadi makanan lezat, Lin Ziqi juga membajak sawah, memanennya hingga menggiling padi menjadi beras. Menanam kapas untuk diambil buahnya dan dibuat benang, diwarnai sendiri untuk selanjutnya dipintal menjadi kain yang selanjutnya dijadikan baju serta barang-barang lain. Menebang bambu dan mengolahnya jadi bangku, saung ayunan, sandal, sepatu dan aneka anyaman. Bahkan ia juga menunggang kuda dan mengambil madu dari sarang lebah tanpa pelindung.  

Tubuh mungil, paras cantik serta pemandangan indah di desanya membuat kita sangat menikmati sharing videonya bahkan merasa masuk jadi bagian dalam kehidupannya. Setiap videonya ditonton oleh jutaan orang bahkan ada video di bulan Januari 2019 yang ditonton hingga 50 juta kali. Tak heran jika pada tahun 2018 ia diganjar julukan "Good Young Citizen" oleh Partai Komunis China.

Tak heran jika akhirnya banyak orang di dunia termasuk di Indonesia memimpikan kehidupan desa ala Lin Ziqi  bahkan menjadikannya sebagai cita-cita, ini saya baca dari status beberapa teman blogger maupun OS di sosial media.  Mereka bahkan sudah memikirkan juga masalah pendidikan anak terkait jika mereka jadi petani dan menyadari bahwa hal ini bisa ditangani sendiri dengan memanfaatkan teknologi.

Namun ini baru jadi cita-cita beberapa orang saja, bagaimana ghirah (passion) petani Indonesia pada dunia yang digelutinya?

Kelihatannya sangat meredup, Anak-anak milenial keturunan petani nyaris tidak ada yang memiliki cita-cita jadi petani. Terlihat dari populasi petani berusia di bawah 35 tahun hanya 4% dari total seluruh petani.

Ini ancaman bagi keberlanjutan sektor pertanian yang menyumbang 13% PDB. Jika PDB tahun 2017 sejumlah 13.588T, berarti sektor ini menyumbang 1.766T. Namun kontribusi 13% ini sebenarnya merupakan penurunan sejak tahun 1991 yang ketika itu menyumbang PDB sebesar 21%. 

Tahun 2019 lalu kontribusi sektor pertanian menyentuh angka 18% namun setelah saya baca tabulasinya, ternyata karena memasukkan kontribusi dari minyak sawit. Minyak sawit Indonesia sendiri memang ada di peringkat atas dunia bersama Malaysia. Namun memasukkan minyak sawit dalam sektor pertanian itu bias. Sebagaimana kita tahu industri kelapa sawit dipegang oleh perusahaan-perusahaan besar. Sementara pertanian digerakkan oleh petani perorangan.  Jadi kontribusi 18% sektor pertanian tahun lalu merupakan

Dengan kontribusi PDB yang makin menurun tidak heran jika jumlah petani milenial (di bawah 35 tahun )  berada di kisaran 4%. Entah bagaimana dunia pertanian akan bertumbuh di masa datang.

Untungnya petani milenial malah muncul dari orang-orang yang tadinya bukan petani. Setahun lalu seorang teman mengisolasi diri di pinggiran desa nan sunyi di kaki gunung daerah Jawa Tengah, demi mengobati diri serta menghindari penularan penyakitnya pada orang sekitar. 

Hanya bertetangga dengan seekor sapi yang berkandang di dekat tempat tinggalnya. Pemilik sapi sendiri tinggal di tengah desa. Apakah Awan Tenggara ( Jenar Aribowo ) yang anak milenial itu jadi menderita?

dagangan online awan - dok FB Awan
dagangan online awan - dok FB Awan

Sama sekali tidak, dia asyik bercocok tanam serta mencoba melakukan perkawinan silang pada aneka tanaman hias. Tak hanya dinikmati sendiri, dia juga menjual secara online di tokopedia serta shoppe yang ternyata sangat diminati para penggemar tanaman hingga membuatnya meraih gelar star seller. Gelar ini bisa didapat jika ia sudah memiliki omset Rp. 50 juta.

Seperti Lin Ziqi, dia membuktikan bahwa tinggal di desa tidak berarti terputus dari dunia luar. Selain berjualan online, dia juga gemar photographi hingga membuat hasil photo yang selalu diunggah di sosial media membuat orang berdecak kagum, aneka photo yang dicantumkan di Google Local Guide diapresiasi para membuatnya  mencapai peringkat 9 ( saya sendiri masih di peringkat 6 ).

Ketika mukim di Jawa Timur, saya dipertemukan dengan seorang insinyur teknik mesin yang sepulang dari kerja di Korea malah memutuskan menjadi petani. Dengan modal yang cukup besar dan membentuk komunitas petani, mereka melakukan beberapa eksperimen pada beberapa petak sawah yang kadang malah jadi bukti kesalahan eksperimen mereka. 

Tapi mereka menganggapnya sebagai bagian dari resiko. Henry Setiawan demikian namanya juga menjalin komunikasi dengan professor dari IPB membahas masalah pembibitan dan sebagainya. 

Mereka bertukar formula. Beberapa bulan sebelum pandemi, dia memposting status soal hasil panen cabenya yang mencapai angka Rp. 150 juta, tentunya ini angka yang fantastis. Dan saat pandemik yang bertepatan dengan pelarangan penggunaan tas plastik, Henry Setiawan berjualan tas dari ex karung beras dan hebatnya bisa melayani permintaan jumlah besar.

kebun strawberry henry/dokpri 
kebun strawberry henry/dokpri 

Selama ini petani berkonsentrasi pada penanaman padi yang panennya hanya 2 kali setahun, bisa dibayangkan bagaimana mereka harus memutar otak agar uang cukup untuk hidup. Maka konon petani sering menasehati agar anaknya jangan jadi petani.

Henry Setiawan sendiri menyiasati hal ini dengan melakukan selang seling ( waktu )  penanaman palawijaya dan padi selain untuk meningkatkan pendapatan, ternyata juga untuk memelihara kultur tanah agar tetap subur. Untuk beras sendiri, ia menanam padi secara organik dan mengolah hasil panen serta menempatkan beras organik dalam kemasan plastik 1 kg yang ternyata bisa meningkatkan harga beras.

Demikianlah petani milenial berusaha hidup berkecukupan dari pertanian sembari mengusahakan tetap selaras dengan alam.

Penutup

Organisasi pangan dan pertanian yang berdiri di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), FAO, telah membunyikan lonceng peringatan atas potensi krisis pangan yang mungkin akan dihadapi oleh seluruh umat manusia. Krisis tersebut tidak terlepas dari adanya pandemi Covid-19 yang tengah melanda seluruh dunia. Untuk itu Jokowi telah menunjuk Menteri Pertahanan Prabowo untuk memimpin proyek lumbung pangan nasional demi mengantisipasi krisis pangan yang mungkin terjadi.

Kawasan pangan ini rencananya akan dikembangkan di atas lahan seluas 600.000 hektare. Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas sengaja dipilih karena lokasinya yang strategis di tengah wilayah Indonesia dan dekat dengan calon ibu kota baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. 

Jika menyimak penjelasan Jokowi ini terlihat betapa ambisius langkah membentuk lumbung pangan nasional, "Tahun ini Insya Allah akan kita selesaikan kurang lebih 30.000 hektare terlebih dahulu. Kemudian berikutnya akan dalam 1,5 tahun sampai maksimal 2 tahun akan ditambah lagi 148.000 hektare, baik itu di Kabupaten Pulang Pisau maupun di Kabupaten Kapuas."

Seandainya proyek ini melibatkan para petani baik yang tradisional maupun milenial terbayang betapa dahsyatnya kesejahteraan yang bisa digapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun