Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Perlu Passion yang Luar Biasa untuk Menjadi Petani Milenial

15 November 2021   08:29 Diperbarui: 2 Desember 2021   12:07 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani sayur sedang memanen beberapa sayuran yang ditanamnya. Foto: Kompas.com/Garry Lotulung

Dengan kontribusi PDB yang makin menurun tidak heran jika jumlah petani milenial (di bawah 35 tahun )  berada di kisaran 4%. Entah bagaimana dunia pertanian akan bertumbuh di masa datang.

Untungnya petani milenial malah muncul dari orang-orang yang tadinya bukan petani. Setahun lalu seorang teman mengisolasi diri di pinggiran desa nan sunyi di kaki gunung daerah Jawa Tengah, demi mengobati diri serta menghindari penularan penyakitnya pada orang sekitar. 

Hanya bertetangga dengan seekor sapi yang berkandang di dekat tempat tinggalnya. Pemilik sapi sendiri tinggal di tengah desa. Apakah Awan Tenggara ( Jenar Aribowo ) yang anak milenial itu jadi menderita?

dagangan online awan - dok FB Awan
dagangan online awan - dok FB Awan

Sama sekali tidak, dia asyik bercocok tanam serta mencoba melakukan perkawinan silang pada aneka tanaman hias. Tak hanya dinikmati sendiri, dia juga menjual secara online di tokopedia serta shoppe yang ternyata sangat diminati para penggemar tanaman hingga membuatnya meraih gelar star seller. Gelar ini bisa didapat jika ia sudah memiliki omset Rp. 50 juta.

Seperti Lin Ziqi, dia membuktikan bahwa tinggal di desa tidak berarti terputus dari dunia luar. Selain berjualan online, dia juga gemar photographi hingga membuat hasil photo yang selalu diunggah di sosial media membuat orang berdecak kagum, aneka photo yang dicantumkan di Google Local Guide diapresiasi para membuatnya  mencapai peringkat 9 ( saya sendiri masih di peringkat 6 ).

Ketika mukim di Jawa Timur, saya dipertemukan dengan seorang insinyur teknik mesin yang sepulang dari kerja di Korea malah memutuskan menjadi petani. Dengan modal yang cukup besar dan membentuk komunitas petani, mereka melakukan beberapa eksperimen pada beberapa petak sawah yang kadang malah jadi bukti kesalahan eksperimen mereka. 

Tapi mereka menganggapnya sebagai bagian dari resiko. Henry Setiawan demikian namanya juga menjalin komunikasi dengan professor dari IPB membahas masalah pembibitan dan sebagainya. 

Mereka bertukar formula. Beberapa bulan sebelum pandemi, dia memposting status soal hasil panen cabenya yang mencapai angka Rp. 150 juta, tentunya ini angka yang fantastis. Dan saat pandemik yang bertepatan dengan pelarangan penggunaan tas plastik, Henry Setiawan berjualan tas dari ex karung beras dan hebatnya bisa melayani permintaan jumlah besar.

kebun strawberry henry/dokpri 
kebun strawberry henry/dokpri 

Selama ini petani berkonsentrasi pada penanaman padi yang panennya hanya 2 kali setahun, bisa dibayangkan bagaimana mereka harus memutar otak agar uang cukup untuk hidup. Maka konon petani sering menasehati agar anaknya jangan jadi petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun