Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Siluman Api

21 Juni 2021   00:53 Diperbarui: 21 Juni 2021   01:09 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah, aku mau menolongmu tapi kau tidak boleh ke jembatan itu lagi. Bagaimana?"

"Apa yang akan kau lakukan? Bahkan menyerahkan nyawamu masih belum cukup!"

"Aku akan memberimu sebelas sesembahan. Bentuknya hewan -- hewan ternak seperti kambing, sapi atau kuda. Setiap bulan purnama datanglah kesini untuk mengambilnya. Jadi kau tak perlu repot -- repot menunggu mangsa lewat di jembatan itu. Bagaimana?"

"Baik! Aku akan kesini setiap bulan purnama. Tapi awas, kalau aku kesini tidak ada sesajen yang kau janjikan, aku akan mencari mangsa kemanapun sesukaku!"

Kedua makhluk itu pun berjanji. Setiap bulan purnama, si pemuda menaruh daging hewan ternak di sekitar tebing itu untuk Lemah Geni. Sampai akhirnya jumlah nyawa terpenuhi, dan Lemah Geni itu digantikan oleh lainnya.

Kini, jembatan itu aman untuk dilewati. Banyak orang sudah tak takut untuk berjalan di sekitarnya. Si pemuda senang, karena dengan begitu ia bisa segera bertemu dengan temannya. Di suatu malam yang dingin, ia duduk di rumah cenayang dan menulis pesan di kertas.


Halo, Tuan Pengacara.

Suratmu yang sebelumnya, tanpa kuduga telah mengantarkan aku kepada sesuatu yang kutuju. Dan berkat penemuan itu, aku bisa mengalihkan penghalang agar kita bisa bertemu.

Makhluk api itu sudah tidak ada di jembatan itu. Sekarang orang -- orang sudah bepergian lewat sana lagi. Dan mungkin ini kabar baik agar kita bisa bertemu.

Aku akan kembali ke kotaku, dan kutunggu kedatanganmu.

Dengan penuh kepercayaan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun