"Tapi kalau seseorang tahu bahwa akal mereka terbatas, maka tombak dan peta itu akan memberikan yang mereka cari."
Si pemuda masih menatap botol itu.
"Jadi itu sebabnya, air ini muncul saat aku tak tahu harus bagaimana lagi?"
"Benar. Karena dengan ketidaktahuanmu, itu berarti kau mulai membuka pintu ketundukan, dan menyerahkan sisanya kepada alam."
"Tapi aku ingat, pencarianmu belum selesai. Air itu hanya pembantu untuk bergerak ke pencarian selanjutnya. Jadi mumpung singkong rebus itu masih mengepul hangat, cicipilah. Lalu tidurlah di kamarku. Besok aku akan melakukan bagianku."
Si pemuda pun menurut. Ia menyerahkan botol berisi air suci itu ke cenayang, lalu memakan beberapa bonggol singkong, dan menutup malam itu dengan tidur nyenyak.
Tamat
Cerita sebelumnya:
Secawan Air Suci