"Tapi bagaimana dengan para pencari lain? Mereka juga mencarinya tapi tak ketemu."
"Perlu kau tahu, air itu tak bisa ditemukan hanya dengan keinginan dan ambisi saja. Perlu ketundukan total saat mencarinya."
"Aku tak mengerti."
"Maksudku, ambisi dan keinginan perlu untuk menggerakkan pencarian. Tapi saat mereka mentok dan kau tetap memaksanya, kau akan lelah sendiri dan air itu tak ketemu."
Si pemuda masih mendengarkan.
"Jadi perlu ketundukan. Saat kau tidak ada jalan untuk bergerak mencari, dan kau sadar bahwa usaha seseorang ada batasnya, maka saat itu pintu ketundukanmu mulai terbuka."
"Air itu.. hanya memilih siapa -- siapa yang sudah berhasil membuka pintu itu."
Si pemuda itu menimang -- nimang botol itu.
"Jadi itulah sebabnya kau memberikan peta dan tombak itu kepada kami?"
"Ya. Aku membekali kalian dengan sebilah tombak dan sebuah peta, agar kalian benar -- benar menggunakan akal kalian untuk mencari air itu. Dan disitulah pancingannya, kalau kalian hanya mengandalkan akal saja, kalian akan bernasib seperti mayat di puncak gunung."
Si pemuda ingat seseorang. Ia seorang pencari, dan gugur di puncak gunung karena dia terlalu menuruti ambisinya.