"Ya, seorang penjual bunga yang bisa membantu kami, para bunga yang sedang kesulitan."
"Kesulitan?"
"Benar. Kau masih ingat sulur-sulur di jalan tadi? Itu adalah sulur dari tanaman mandrake. Tanaman itu telah mengganggu kami selama ini. Saat malam, mereka akan keluar dari bawah tanah, menjulurkan akar-akarnya, dan memanjangkan tiap tangkainya untuk memangsa kami."
"Dahlia, kamboja dan kami para mawar dimangsa oleh mereka. Bunga-bunga lain juga dimakannya. Sudah banyak yang menjadi korban, kalau begini terus jumlah bunga di dunia ini akan terus berkurang. Kami ingin melawan mandrake itu, namun kami tak bisa menghentikan mereka."
"Kenapa?"
"Karena mandrake itu dikendalikan oleh seseorang yang ada di seberang sana. Kami tak mampu melawan orang itu." Kata bunga sambil menunjuk ke arah kastil kuno yang terletak jauh di depan.
"Selama orang itu mengendalikan mandrake, kami para bunga dan tanaman lain akan terus dimangsa."
"Jadi apa yang bisa kubantu?"
Sebelum bunga mawar itu sempat menjawab, matahari sudah mulai memudar. Hari menjadi gelap, dan para bunga yang berkeliaran kembali ke tempatnya untuk berdiam diri.
"Celaka. Sebentar lagi mandrake itu akan datang. Ayo!" kata bunga sambil menarik tangan si gadis.
Mawar itu mengajak si gadis untuk kembali. Mereka berlari melewati jalan penuh sulur di kanan-kiri.