Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Perjalanan Gadis Toko Menuju Dunia Bunga

11 Maret 2021   00:37 Diperbarui: 12 Maret 2021   01:30 504 16
Malam telah tiba. Suasana di kerajaan itu sepi. Hanya terdengar suara jangkrik dan air hujan.

Para warga berada di rumah masing-masing. Termasuk si gadis penjual bunga yang sibuk di dalam toko bunga. Meski majikannya menyuruhnya untuk beristirahat, ia tampak asyik menata kumpulan bunga.

"Ini aneh." Katanya berbicara sendiri.

"Bunga ini tergeletak disini. Kemarin juga. Padahal aku sudah menaruhnya di loteng."

Ia memegang satu bunga mawar. Tangkainya kecil. Ada duri yang mencuat dari batangnya. Kelopaknya besar dan berwarna merah. Cantik sekali.

"Anak nakal, ayo kembali ke atas."

Saat ia hendak membawa mawar itu ke loteng, tiba-tiba tangannya tertusuk oleh durinya. Mawar itu terlepas dan terpental ke tanah.

"Hai!"

Sebuah suara tak dikenal mengagetkan si gadis. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi tak ada siapapun selain dirinya.

"Jangan takut. Ini aku. Lihatlah ke bawah." Kata suara itu lagi.

Gadis itu membungkuk ke arah bunga mawar, menatapnya lekat-lekat lalu mendekatkan wajahnya sehingga hampir menyentuh kelopaknya. Namun saat ia makin dekat, tiba-tiba bunga mawar itu bergerak sendiri dan meloncat-loncat. Si gadis kaget dan menjauh dari bunga aneh itu, namun bunga itu berbicara lagi.

"Maaf, aku membuatmu terkejut. Aku sudah lama menanti waktu ini, waktu dimana aku bisa ngobrol denganmu. Oh ya, mungkin kamu tidak percaya kalau bunga mawar seperti aku bisa berjalan dan berbicara layaknya kalian para manusia. Sebenarnya aku bisa terbang juga, tapi kalau aku tak ingin memperlihatkannya, maka aku tidak akan terbang."

Gadis itu masih deg-degan, melihat bunga mawar yang didepannya berbicara dan bergerak ke sana-ke mari.

"Siapa.. kamu siapa? Ada apa?" Tanya gadis itu masih setengah tak percaya.

"Aku bunga mawar yang datang dari dunia bunga. Dunia bunga itu tidak jauh, letaknya di sekitar sini-sini saja. Aku sengaja datang kemari sejak kemarin karena aku mau minta tolong kepadamu."

"Oh, jadi itu sebabnya kau selalu kembali dari loteng atas, dan selalu berada di lantai bawah toko bunga ini?"

"Ya, begitulah. Aku sudah lama memperhatikanmu, karena aku mau minta tolong kepadamu. Aku pikir kamulah yang bisa kupercaya."

"Tunggu dulu. Aku masih percaya tak percaya. Melihat bunga mawar sepertimu berjalan dan berbicara rasanya terlalu aneh."

"Baiklah, padahal ini baru permulaan. Sekarang tolong ambillah aku."

"Hah?"

"Ambillah aku, pegang tangkaiku."

"Buat apa?"

"Sudah, pegang saja."

Gadis itu perlahan mendekati bunga mawar, lalu ia dengan sangat hati-hati memegang tangkainya.

"Ciumlah aku, dan hirup aroma tubuhku."

Gadis itu tak menolak, ia mendekatkan mawar itu ke depan hidungnya, lalu menciumnya dan menghirupnya pelan-pelan, aroma khas bunga itu merasuk ke dalam hidungnya, dan sesaat setelah ia mencium bunga itu, ia serasa dibawa masuk ke dunia baru, dunia yang gelap dan hitam namun hanya sebentar, sebelum ia terbangun kembali.

"Dimana aku?" tanyanya kepada bunga mawar.

"Lihatlah." Kata bunga mawar sambil menyapu pandangan ke dunia sekitarnya.

Toko bunga yang semula penuh dan disesaki oleh kumpulan bunga yang ditata di atas rak, kini telah berubah menjadi kebun yang sangat luas, memiliki rumput hijau segar, dan di atas rumput yang terhampar itu banyak sekali bunga berwarna-warni. Anehnya, mereka tampak berjalan ke sana-ke mari, meloncat-loncat dan bermain dengan tawa riang.

"Ini.. Apakah ini mimpi?"

"Kau boleh menyebutnya begitu, kalau kau mau." Kata bunga mawar, lalu ia menarik tangan si gadis dan mengajaknya berjalan-jalan di padang rumput yang hijau dan luas, melewati kumpulan bunga tulip dan bunga melati yang sedang terbang di atas awan.

"Bagaimana, kau masih belum percaya kalau kami juga sama sepertimu?"

"Yah.. Entahlah. Kupikir porsinya sudah menurun lebih dari separuh." Kata gadis itu sambil takjub memandang dunia baru di sekitarnya.

Setelah itu, mereka berdua melewati jalan setapak menuju satu pohon beringin besar. Banyak sulur tanaman yang tergeletak di sekitar jalan itu, bunga mawar mengingatkan agar jangan sampai menginjaknya.

Lalu mereka duduk di bawah pohon beringin itu.

"Cobalah." Kata bunga mawar sambil memberikan beberapa buah anggur kepada si gadis.

"Tidak, aku tak akan memakan kalian karena aku sudah melihat kalian juga bernyawa, sama sepertiku. Aku tidak tega."

"Yah.. Kamu benar kalau kami bernyawa, dan setiap yang bernyawa akan menjadi tak bernyawa lagi. Anggur-anggur itu sudah melakukan yang terbaik selama hidupnya, dan sekarang mereka sudah bersedia untuk berguna bagi makhluk lain. Jadi makanlah."

Meski awalnya ragu, gadis itu akhirnya mencicipi anggur itu satu demi satu.

"Asam. Tapi ada manisnya."

Sambil mengunyah anggur, gadis itu teringat sesuatu lalu bertanya.

"Jadi, untuk apa aku dibawa kemari?"

Bunga mawar itu tersenyum dan tertawa, lalu berkata, "Seperti yang kubilang, aku mau minta tolong kepadamu karena kamulah orang yang pantas kumintai tolong."

"Minta tolong apa? Aku hanya seorang penjual bunga."

"Ya, seorang penjual bunga yang bisa membantu kami, para bunga yang sedang kesulitan."

"Kesulitan?"

"Benar. Kau masih ingat sulur-sulur di jalan tadi? Itu adalah sulur dari tanaman mandrake. Tanaman itu telah mengganggu kami selama ini. Saat malam, mereka akan keluar dari bawah tanah, menjulurkan akar-akarnya, dan memanjangkan tiap tangkainya untuk memangsa kami."

"Dahlia, kamboja dan kami para mawar dimangsa oleh mereka. Bunga-bunga lain juga dimakannya. Sudah banyak yang menjadi korban, kalau begini terus jumlah bunga di dunia ini akan terus berkurang. Kami ingin melawan mandrake itu, namun kami tak bisa menghentikan mereka."

"Kenapa?"

"Karena mandrake itu dikendalikan oleh seseorang yang ada di seberang sana. Kami tak mampu melawan orang itu." Kata bunga sambil menunjuk ke arah kastil kuno yang terletak jauh di depan.

"Selama orang itu mengendalikan mandrake, kami para bunga dan tanaman lain akan terus dimangsa."

"Jadi apa yang bisa kubantu?"

Sebelum bunga mawar itu sempat menjawab, matahari sudah mulai memudar. Hari menjadi gelap, dan para bunga yang berkeliaran kembali ke tempatnya untuk berdiam diri.

"Celaka. Sebentar lagi mandrake itu akan datang. Ayo!" kata bunga sambil menarik tangan si gadis.

Mawar itu mengajak si gadis untuk kembali. Mereka berlari melewati jalan penuh sulur di kanan-kiri.

Sialnya, si gadis tak sengaja menginjak seutas sulur. Sulur itu lalu menggeliat dan memanjangkan tubuhnya. Sulur mandrake melata menuju si gadis.

"Katamu sulur itu datang saat malam hari. Tapi kenapa sekarang mereka sudah muncul?!"

"Maaf, aku lupa memberitahumu, kalau mandrake itu juga akan hidup kalau bersentuhan dengan manusia!"

Si gadis dan mawar terus berlari menyelamatkan diri. Mereka hampir sampai di padang rumput tempat mereka datang tadi. Namun celakanya, kaki si gadis tersandung batu sehingga si gadis terjatuh.

Saat mandrake itu sudah di depan mata, bunga mawar itu segera mendekat kepada si gadis dan menyuruhnya untuk menghirup aromanya. Si gadis pun mencium bunga mawar yang digenggamnya. Menghirupnya dalam-dalam sampai aromanya masuk ke dalam hidung. Betapa harumnya.

Lalu tiba-tiba ia tak sadarkan diri. Tahu-tahu dia sudah berada di toko bunga itu lagi. Setelah nyawanya terkumpul dan kesulitan mengingat apa yang baru saja terjadi, ia bangkit dan membereskan barang-barang di sekitarnya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun