Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketan yang Bersisa

31 Agustus 2020   01:49 Diperbarui: 31 Agustus 2020   01:50 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Fajar yang indah, di depan mata tersaji sarapan ala kerajaan orang kecil
Sekepal ketan berlumur kelapa, serpihan kacang goreng dan butiran gula kristal
Nafsuku mendahului takdir, karena sudah terbayang betapa lezatnya hidangan ini

Padatnya ketan serasa memenuhi perut kerempengku
Lembutnya parutan kelapa menghaluskan ruas kerongkongan kasarku
Renyahnya kacang melatih geraham dan taringku bersatu padu
Dan manisnya gula tebu membius kehidupanku yang pahit 
Ahhh.. Pagi yang sempurna

Dan sempurnanya jadi sirna
Saat kulahap sendok demi sendok, mendadak ku berhenti di tengah perjalanan
Ada suara tak berwajah, mengendalikan tanganku menaruh sendok
Ia berkata, "Ketannya lembek"
Berlanjut, "Kelapanya asam"
Disertai, "Kacangnya gosong"
Dan berakhir dengan, "Gulanya hambar"
Aku pun tak tega untuk menuntaskannya

Saat aku berjeda antara hidup dan mati, aku memandang ketan itu dan mengingatnya
Kemarin enak saja, tapi kini kenapa bikin merana?
Lalu ku teringat ocehan seorang gila, "Enak tidak enak, makan saja"

Makan ketan kalau dirasa, membuatnya bersisa dan memberatkan hidup bagai dihimpit batu dosa
Makan ketan kalau hanya mengunyah dan menelannya, akan habis tanpa terasa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun