5. Masalah Etika dan Privasi
Banyak chatbot bekerja dengan cara mengumpulkan data pribadi pengguna. Jika data ini bocor atau disalahgunakan, privasi pengguna akan terancam. Selain itu, muncul pertanyaan etis: apakah benar kita ingin menyerahkan keputusan penting kepada mesin yang tidak memiliki nurani? [Floridi, 2019].
Dari pembahasan mengenai chatbot dan robot, dapat disimpulkan bahwa teknologi ini memiliki dua sisi yang berlawanan. Di satu sisi, kehadirannya membawa manfaat besar seperti peningkatan efisiensi, keselamatan kerja, serta inovasi di bidang pendidikan dan kesehatan. Namun, di sisi lain, chatbot dan robot juga menimbulkan tantangan serius berupa ancaman terhadap lapangan kerja, berkurangnya kualitas interaksi sosial, hingga persoalan etika dan privasi. Oleh karena itu, teknologi ini bukan hanya membawa peluang, tetapi juga risiko yang perlu diantisipasi.
Dengan melihat manfaat dan tantangan tersebut, jelas bahwa chatbot dan robot tidak bisa ditolak begitu saja, tetapi juga tidak boleh digunakan tanpa batas. Pemerintah, akademisi, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk membuat regulasi dan etika yang tepat. Jika dikelola secara bijak, chatbot dan robot dapat menjadi mitra manusia yang memperkuat peradaban. Namun, jika dibiarkan tanpa pengawasan, teknologi ini justru berpotensi melemahkan nilai kemanusiaan. Masa depan interaksi manusia dengan mesin harus diarahkan pada keseimbangan, di mana teknologi mendukung, bukan menggantikan manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI