Mohon tunggu...
Daniel Suharta
Daniel Suharta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.daniest.com email : datasolusindo@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jamaluddin Latif, Pria yang Membawa Perubahan Lewat Rancangan Sepeda

4 Januari 2017   06:21 Diperbarui: 4 Januari 2017   14:11 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam satu kesempatan mas Jamal pernah melakukan perjalanan bersepeda di Kalibiru bersama putranya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Sebuah perjalanan bersepeda yang menurut saya cukup jauh dan berat serta penuh tantangan karena jarak tempuh Jogja-Kalibiru yang lumayan jauh serta medan yang penuh tanjakan yang bagi orang dewasa pun sangat berat untuk melakukannya.

Perjalananan itu bagi mas Jamal dianggap sebagai petualangan, agar anak mengerti apa itu tantangan, keasikan bersepeda, bahwa mendapatkan sesuatu yang Indah itu harus menempuh kesulitan yang panjang dulu, dll.

Sebagai orang tua sebetulnya mas Jamal juga ada rasa kekhawatiran. Apakah dia bisa menempuh perjalanan sejauh itu. Tapi semuanya bisa diketahui jika dicoba, dilakukan.

Mas Jamal sendiri hanya mengikuti, mengawal dengan bersepeda bersama dan memantau; bila terlihat capek ya istirahat, bila ingin pulang ya pulang. Tidak memaksakan kehendak ke anak, karena memang sebenarnya anaknya sendiri yang penasaran pingin sampai ke kalibiru. Syukur anaknya  kuat. Alhamdulilah ... pungkas mas Jamal.

Perkembangan, minat dan kesadaran pesepeda

Mengenai perkembangan minat bersepada di jogja  menurut mas Jamal yang juga pernah menggagas kegiatan Ijolan Sampah yang berlangsung sampai beberapa kali ini, memang sungguh baik. Tapi problemnya hal ini tidak dibaca oleh pemangku kebijakan untuk dijadikan solusi alternatif atau bahkan kebijakan mutahir guna menyelesaikan persoalan kemacetan kota jogja yang makin parah. 

Menurut mas Jamal pemerintah kota mestinya saat melihat makin banyaknya pengguna sepeda di jogja seharusnya memicu pemkot utk membuat kebijakan yang mendukung gerakan yang sangat humanis dan ramah lingkungan ini. 

Bukan justru membuat ruang geraknya semakin sempit. Karena ketika ruang geraknya semakin sempit akan berdampak minat yang tinggi itu akan semakin mengendor. 

Di samping itu justru keberanian pemkot untuk mengambil kebijakan yang keras atas persoalan kemacetan Jogja memang ada pada soal keberpihakan dan visi kota yang memang harus ramah lingkungan. Pertanyaannya berani atau tidakkah membuat kebijakan yang berpihak pada transportasi yang ramah lingkungan ini?

Poinnya hanya di situ dan bagaimana itu semua harus konsisten dilaksanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun