Mohon tunggu...
Daniel Suharta
Daniel Suharta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.daniest.com email : datasolusindo@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pelajaran menuju kesempurnaan dengan bersepeda

9 Juli 2015   06:59 Diperbarui: 9 Juli 2015   06:59 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ferdian, Friso, Dony, Adi, , Pak Noeng, Greg, Ari, Hendra, Fariz

 

Medan di rute perjalanannya kali ini sebenarnya tergolong tidak begitu berat meskipun juga tidak bisa dikatakan “enteng” karena jalan yang dilewati adalah aspal yang mulus dan jalanannyapun tidak begitu ramai atau padat kendaraan meski termasuk jalan besar. Hanya saja rute ini sedikit memerlukan persiapan fisik dan mental karena ada jalan tanjakan dan turunan yang bagi saya adalah sebuah tantangan yang kadang harus saya lalui dengan rasa berdebar meski sudah sering merasakan.

Saya mengawali perjalanan ini dengan start atau titik kumpul di tugu untuk saling menunggu teman yang belum datang, untuk titik kumpul kedua adalah bantulan.

Setelah dititik kumpul dua semua lengkap perjalanan bersepeda segera diawali menuju kearah barat, adapun arah yang dituju adalah Belik bei Kayangan, dimana untuk mencapainya tidak terlalu sulit. Bagi yang belum pernah silahkan ikuti jalan kearah barat dari tugu, apabila sudah menemukan perempatan kenteng silahkan dilanjut beberaapa kilometer lagi dengan beberapa jalan turunan dan tanjakan yang tidak begitu tinggi. Apabila sudah mendapatkan tanjakan yang lumayan tinggi untuk kemudian Anda menemukan pertigaan di puncak tanjakan; maka sebelum turunan yang agak curam; silahkan berhenti dan berbelok ke kanan.

Nah, perjalanan saya di tanjakan terakhir inilah yang cukup menguras tenaga, betapa tidak; saya bersepeda bersama para pesepeda yang kecepatannya bagi saya cukup membuat “tertatih tatih” untuk mengikutinya; itupun saat masih ditanjakan yang agak landai; hingga saat ditanjakan yang lumayan berat ini saya betul betul kehabisan tenaga dan nafas!

Namun, justru disinilah saya kemudian mendapatkan pengalaman yang langsung mengubah gaya saya bersepeda.

Saat saya kelelahan rupanya mas Anto melihat posisi gear depan saya berapa di paling tengah, maka mas Anto langsung mengatakan bahwa sebaiknya kalau naik jangan memakai “power”, tapi turunkan gear depan ke yang paling kecil dan kemudian kayuh sesantai mungkin sambil membayangkan seperti saat mengayuh di jalan yang datar ...

Ha ha ha

Saya jadi mentertawakan diri sendiri; betapa usia yang sudah tidak muda lagi kok masih memakai “power”, asemik!

Yach, sebenarnya saya sering mendengar dan membaca tentang cara mengambil posisi gear saat jalan datar, menurun dan juga menanjak; akan tetapi  satu kata kata mas Anto yang lain lah yang membuat saya lebih memahami cara tepat mengayuh sepeda saat dijalan tanjakan; yaitu kayuh sesantai mungkin sambil membayangkan seperti saat mengayuh dijalan datar. Barangkali terdengar sedikit lucu atau aneh tentang membayangkan dijalan datar, akan tetapi  saya bisa menangkap poinnya yaitu  bahwa saat di dijalan datar  dengan mengayuh sesantai mungkin itu berarti adalah meregangkan otot dan mengurangi power ... kita ikuti  saja pergerakan pedal, atur ritme kaki dan nafas kita, menyesuaikan irama gerakan sepeda diatas jalan, senyaman mungkin ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun