Untuk itulah pada saat perjalanan saya ke Belik Bei kayanagan yang kedua bersama sahabat saya dari Bandung, saya sudah bisa melakukan gerakan seperti apa yang diajarkan mas Anto, yaitu sejak dari ujung sebelum menanjak mempersiapkan gear depan ke gigi yang paling kecil dan gear belakang ke gigi yang paling besar sehingga kayuhan tepat di posisi paling ringan; kalau istilah bahasa jawanya jalannya jadi seperti “ngiplik”
Dan satu keuntungan lagi bagi saya saat itu adalah teman bersepeda yang bersama saya meski sudah termasuk senior akan tetapi cara bersepedanya cukup santai sehingga tidak membuat saya terpancing untuk mempercepat kayuhan yang tentu saja akan membuat nafas saya cepat habis ...
Nah, pengalaman dari perjalanan ini adalah :
Pertama, saat menanjak sebisa mungkin saya akan mengurangi power, dan mencoba mengayuh dengan cara sesantai mungkin ataupun “ngiplik”
Kedua, saat bersepeda akan mengukur kekuatan diri sendiri, tidak terpancing dengan yang lain karena setiap orang mempunyai kekuatan yang berbeda; biarlah yang senang cepat silahkan cepat dan yang terbiasa sedang melakukan juga kayuhan dengan cara yang sedang sedang saja, atau
Ketiga, cara yang paling aman ialah mencari teman teman bersepeda yang ritme kayuhan dan kecepatannya sama.
Dan, ternyata perjalanan dengan ritme yang sedang sangat cocok dengan saya, karena banyak sekali bonus yang saya dapat; yaitu bisa menikmati pemandangan indah di sekitar dengan seksama, bahkan mengabadikan dalam bentuk gambar, untuk kemudian dibagikan pada yang lain.