Sebelumnya Konsul Jenderal Cina di Surabaya, Gu Jingqi mengatakan, persoalan yang dialami suku Uighur merupakan masalah separatis yang muncul dari sebagian kecil warga setempat. "Warga muslim Uighur di Xinjiang sekitar 10 juta jiwa, sebagian kecil berpaham radikal ingin merdeka, pisah dari RRT. Itu yang kami, Pemerintah Cina, atasi," kata Jingqi kepada Antara di Surabaya, Jumat, 13 Desember 2018.
Menurut saya, data ini boleh saja dipegang karena datangnya dari Wakil Presiden RI dan infornasi dari perwakilan China di Indonesia.
Bahkan informasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) menduga Agen Intelijen Amerika (CIA) ada di belakang informasi itu, karena memang untuk mengucilkan RRC. Bukankah kedua negara ini sedang terlibat persaingan dagang? Memang semuanya berdalih dengan argumen masing-masing.
Menurut saya, yang jelas, rakyat Uighur perlu dibantu secara kemanusiaan. Tetapi pertanyaan selanjutnya, apakah jika bantuan itu berupa barang-barang, akan sampai ke alamat. Di negara komunis, seleksi sangat ketat dari bantuan dari luar, sudah pasti akan diseleksi. Memberi bantuan internasional, belum tentu tidak terjadi penyelundupan agen rahasia.
Apakah dengan mengadu dan memberikan sanksi oleh Dewan Keamanan PBB ? Pun tidak mungkin, karena RRC memiliki hak veto untuk mementahkan sebuah resolusi. Bagaimana pun sebagai umat Islam Indonesia, kita hanya bisa berdoa dan memprotes.