Prabowo Subianto. Siapa yang tidak kenal dia. Ia adalah Calon Presiden Republik Indonesia 2019. Di bidang militer, Prabowo sudah dikenal luas. Apalagi di bidang politik, karena ia bukan sekali ini mencalonkan diri sebagai presiden.
Baru-baru ini Prabowo Subianto tersandung mengenai keakuratan informasi tentang team suksesnya sendiri, Ratna Sarumpaet. Pertama, setelah mendengar informasi bahwa Ratna Sarumpaet dianiaya, terlihat dari wajahnya yang lebam, Prabowo dan teamnya muncul dalam konferensi pers di televisi yang ingin bertemu Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk membahas masalah tersebut. Sebuah tindakan terpuji dari seorang komandan yang ingin secepatnya menyelesaikan kasus yang dialami team atau anak buahnya.
Sebetulnya peristiwa ini memberi pelajaran kepada bangsa Indonesia untuk tidak cepat mempercayai sebuah informasi. Di dalam Ilmu Sejarah kita tidak selalu percaya dengan sumber yang diperoleh. Masih ada banyak pertanyaan ketika sumber itu diterima. Pertanyaan yang diajukan, apakah informasi atau data yang kita terima itu otentik atau asli. Atau apakah benar informasi yang diberikan?
Sebagai seorang pemimpin, informasi itu harus diuji untuk menemui kebenaran. Pengujian itu tidak harus sekali, tetapi lebih baik berkali-kali, sehingga kita bisa yakin, bahwa informasi itu dapat dipercaya, jika dalam bentuk tulisan, apakah sah dan benar. Setelah itu, kita yakin bahwa informasi itu benar dan jika dalam bentuk tulisan, maka data itu otentik.
Hal ini sudah tentu ketidakpercayaan tokoh pers itu dengan media Barat. Dari Reuters, AFP dan sebagainya, apalagi menyangkut kepentingan Dunia Ketiga. Ketimpangan informasi inilah yang menyebabkan, BM Diah mengutus saya ke Irak untuk mendengar langsung informasi sebenarnya di Irak.