Mohon tunggu...
Darnita Harefa
Darnita Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Kata demi kata adalah jendela menuju pikiran. Menulis bukan karena tahu segalanya, tapi karena ingin memahami lebih banyak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sering Upgrade HP? Jangan Lupa Upgrade Diri Juga!

15 Juli 2025   08:46 Diperbarui: 15 Juli 2025   08:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dua orang sedang menggunakan HP (Sumber:Pixabay/terimakasih0)


Apakah sikap kita secanggih chip ponsel, yang kini dapat menyimpan semuanya dalam sekejap? Atau apakah kita justru memperbarui benda mati, tetapi lupa meningkatkan kualitas hidup dan nilai-nilai pribadi kita?

Kita Tak Pernah Tertinggal dalam Teknologi, Namun Kita Sering Tertinggal dalam Diri Sendiri

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kita begitu cepat mengejar tren. Begitu jajaran ponsel masa kini muncul dengan kamera yang lebih jernih, memori yang lebih besar, dan berbagai fitur canggih lainnya kita langsung tergoda. 

Bahkan, kita seringkali cenderung mencicil atau menunda keinginan lain untuk mendapatkan ponsel masa kini. Namun, mari kita luangkan waktu sejenak untuk bertanya: apakah kita juga mengikuti perkembangan zaman? 

Gadget Terbaru Bukan Jaminan Hidup yang Lebih Baik

Gadget memang penting. Gadget membantu kita berkomunikasi, bekerja, belajar, atau bahkan mencari hiburan. Namun sayangnya, banyak yang terjebak oleh ilusi bahwa hidup bisa lebih baik hanya karena ponsel baru. 

Sebenarnya, kenyamanan bukan soal layar AMOLED atau NFC, melainkan kemampuan kita untuk bersyukur dan beradaptasi. 

Seseorang mungkin memiliki ponsel seharga puluhan juta, tetapi jika ia masih kesulitan mengendalikan emosi, enggan mendengarkan, dan mudah tersinggung apa gunanya?

Pengembangan Diri Bukan Tren, Melainkan Keharusan

Pengembangan diri tidak musiman. Ini bukan lagi tren TikTok yang viral lalu terlupakan. Ini adalah sebuah keharusan. Tanpa pengembangan diri, kita bisa tertinggal secara mental, bahkan di era yang paling maju sekalipun.

Pengembangan diri meliputi:

* Kecerdasan emosional: mempelajari cara mengendalikan amarah, kekecewaan, ketakutan, dan mengatasi rasa sakit.

* Memperluas wawasan: membuka diri terhadap informasi baru yang positif.

* Keterampilan hidup: mempelajari cara menyelesaikan konflik, berkomunikasi dengan empati, dan mengendalikan stres.

Layaknya ponsel pintar yang membutuhkan sistem operasi modern, manusia juga membutuhkan pembaruan secara berkala agar tidak terjebak dalam pola pikir lama.

Mengapa Banyak Orang Enggan Meningkatkan Diri?

Karena perubahan batin tidak instan. Tidak ada notifikasi "ganti" seperti di ponsel pintar. Pengembangan diri membutuhkan proses, kejujuran dalam mengakui kekurangan, dan upaya yang tidak terlihat oleh orang lain.

Banyak orang enggan bersosialisasi karena mereka terlalu nyaman dengan zona nyaman mereka. Mereka takut gagal, takut dihakimi, atau merasa "cukup jujur". Namun, stagnasi pada dasarnya merupakan bentuk regresi bawah sadar.

Perbarui Ponsel Anda Setiap Dua Tahun, Namun Perbarui Sikap Anda Setiap Hari

Ponsel kita mungkin hanya perlu diperbarui setiap tahun. Namun diri kita sendiri? Kita perlu memperbarui setiap hari---dengan membaca, berdiskusi, mendengarkan, atau bahkan merenung.

Setiap konflik, setiap kesalahan, setiap keluhan dari orang lain adalah "pemberitahuan" bahwa ada sesuatu yang perlu diperbarui dalam diri kita. 

Bukan untuk membuat kita merasa rendah diri, tetapi untuk mengingatkan kita bahwa menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri adalah perjalanan seumur hidup.

Jangan Hanya Cerdas dalam Memperbarui Aplikasi, Tetapi Gagal Memperbarui Hati Anda

Kita rajin memperbarui aplikasi kita, tetapi malas memperbarui cara kita berinteraksi dengan orang lain. Kita menyadari kemampuan-kemampuan baru pada gadget kita, namun tidak tahu cara menjadi teman, anak, atau pasangan yang lebih baik.

Faktanya, kita cenderung duduk berjam-jam di pusat perbelanjaan menunggu ponsel baru, tetapi kita kini tidak lagi cenderung duduk selama 10 menit untuk mendengarkan keluhan orang tua atau teman baik kita.

Kita perlu memahami ironi ini. Karena pada akhirnya, bukan generasi yang menentukan bahagia atau tidaknya kita dalam hidup. Melainkan hubungan yang hangat, pikiran yang jernih, dan hati yang sehat.

Kesimpulan: Jadilah Versi Terbaik Diri Anda, Bukan Gadget Termahal

Mari kita jadikan kemajuan teknologi sebagai pengingat, bukan sebagai pengalih perhatian. Ketika kita tergoda untuk membeli gadget baru, tanyakan pada diri sendiri: kapan terakhir kali saya mengembangkan diri?

Jangan hanya mengejar spesifikasi tinggi, tetapi juga mengejar nilai-nilai tinggi dalam hidup. Jadilah pribadi yang terus belajar, berkembang, dan bersedia berubah. 

Karena di era virtual ini, individu yang paling maju bukan selalu hanya yang memiliki ponsel termahal melainkan yang berhati paling hangat dan berpikiran paling terbuka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun