Mohon tunggu...
Darju Prasetya
Darju Prasetya Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis freelance

Pemerhati kehidupan....penyuka dunia tulis menulis....Pengembara di dunia.......Pencari dunia baru untuk kehidupan yang lebih baik......Email: prasetya58098@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wajah-wajah di Sebatang Pohon

15 Desember 2019   07:30 Diperbarui: 15 Desember 2019   10:21 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bisa jadi jika engkau berbeda sedikit saja pendapat kala itu kau bisa disingkirkan bahkan kau bisa hilang entah kemana. Itulah yang dinamakan pemerintahan hantu kala itu karena semua rakyat mulutnya terkunci karena ketakutan dengan segala intimidasi oleh orang yang berkuasa kala itu!" ceritanya mengenang apa yang terjadi pada masa lalu sebelum reformasi.

"Dulu pelanggaran HAM yang dilakukan pengauasa kala itu aman-aman saja karena tidak adanya ketidakadilan! Siapa yang berkuasa pasti akan menjadi pemenangnya. Bahkan hanya kelompok kroni-kroninya saja yang mendapatkan kue ekonomi kala itu. Sehingga apa yang kau lihat di desa-desa kala itu masih sangat banyak kemiskinan. Lantai-lantai rumah para penduduk masih banyak yang tanah. Mereka untuk mencari makan susah. Jadi bila ada yang masih merindukan penguasa fasis di masa lalu itu berarti perlu dipertanyakan kewarasannya!" kembali ia menjelaskan pada orang-orang yang ada di sekitarnya agar paham sejarah.

Agar mereka tak mudah terayu dengan gambar-gambar itu. Karena bisa jadi orang-orang yang ada di belakangnya itu adalah partai-partai sisa fasisme pada masa sebelum reformasi dulu yang kemudian beralih rupa.

 "Pelajari sejarah masa lalu agar yang buruk tak terulang!" kembali ia mengingatkan.

"Marilah kita lanjutkan agenda reformasi dengan memilih pemimpin yang jujur dan benar. Pemimpin yang tidak  terjerat masa lalu!" katanya dengan suara tegas.

(Tuban barat, Minggu pagi,15/12/2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun