"Pihak sana yang minta, Ha. Niat baik kenapa harus ditunda ... gitu mereka bilang."
Kerja merupakan cara Juleha untuk belajar mandiri, tetapi keutuhan keluarganya sangat penting untuk saat ini. Apalagi, dia berniat untuk membongkar kebusukan Anusapati. Akhirnya, Juleha memiliki alasan untuk kembali izin meskipun terkena sanksi berupa potongan gaji.Â
Juleha menatap emak yang tampak kesal. Pendapat emaknya memang tidak pernah didengar oleh Mak Linik. Sehalus apa pun cara tutur kata emak akan berakhir adu mulut dengan Mak Linik.
"Kita nggak usah datang, Ha. Kayak dikejar maling aja acara lamaran harus terlaksana besuk pagi."
"Kalau emak nggak mau datang nggak masalah. Aku harus ke sana demi bapak."
"Terserah, deh. Emang lebih penting keluarga sono daripada emakmu sendiri, Ha!"
Untuk mencairkan suasana, Juleha sengaja menggelitik emaknya yang manyun. Mau tidak mau, emak terkikik karena geli.Â
"Maafkan aku, Mak. Aku harus menentang emak karena kebusukan Anusapati harus dibongkar," kata Juleha dalam hati.
Setelah subuh, Juleha meluncur ke rumah Mak Linik. Ada rasa tidak sabar untuk segera bertemu Wika, eh, lebih tepatnya Anusapati.
Rumah Mak Linik sudah didekor dengan cantik, seluruh hidangan untuk menjamu calon besan dipesan dari rumah makan ternama.
"Pantas saja emak sewot ... pasti banyak duit yang dikeluarkan," gumam Juleha.