Kisah gadis tomboi yang berliku dalam menemukan jodohnya. Ikuti kisah Juleha by Danu. Dilarang copas, ygy.
Dokter mengizinkan bapak pulang setelah kondisinya benar-benar pulih. Emak terus merayu bapak agar tidak pulang ke rumah Mak Linik. Akan tetapi, bapak menolak karena tidak ingin timbul masalah lagi di antara istri-istrinya.
"Kalau urusan Wika sudah clear, kita akan bersama lagi. Sabarlah dulu, Nah."
"Gimana mau kelar kalau Bang Akim tidak bertindak tegas?"
Juleha menoleh ke arah emak yang sedang merajuk so hard seperti anak kecil ingin ikut ibunya pergi.
"Pak, memangnya Mbak Wika kenapa?"
"Lah, kan mau lamaran. Emakmu malah minta bapak pulang ke rumah kalian."
"Mmmm ... kalau Pak Atmojo itu siapa, sih, Pak?"
"Dia itu ...." Kata emak sambil melihat bapak. "Teman bapak yang sudah kek saudara, Ha. Dulu pas kamu masih kecil demen banget ikut dia. Iya, kan, Pak?
"I--ya," jawab bapak tergagap.
Administrasi sudah beres dan semua barang sudah masuk ke dalam tas, mereka pun meninggalkan rumah sakit. Meski satu angkot dan satu arah, mereka berbeda tujuan. Juleha dan bapak menuju rumah Mak Linik, sementara emak pulang ke rumahnya. Emak masih belum mau menginjakkan kaki ke rumah madunya.
"Kenapa tadi tidak minta dijemput Anusapati, Bang?"
Bapak menggelengkan kepala pelan lalu duduk di teras depan. Beberapa tetangga datang untuk menanyakan kabar lelaki dengan dua istri tersebut.
"Mbak Wika ke mana, Mak?"
"Kondangan sama temannya, Ha."
"Kalau gitu ... aku pulang dulu ya, Mak."
"Udah akur sama emakmu?"
Pemilik lesung pipit hanya nyengir tanda mengiyakan pertanyaan Mak Linik. Setelah berpamitan dengan bapak, dia melajukan motornya untuk pulang.
Sesampainya di rumah Juleha mendapatkan notifikasi dari bagian administrasi pabrik bahwa jatah cuti telah habis. Artinya, dia harus berangkat kerja besuk pagi atau akan terkena sanksi jika terpaksa absen. Saat dia merenung, tiba-tiba ada panggilan masuk dari bapak.
"Lamaran akan dilangsungkan besuk pagi, ajak emakmu datang."
"Mengapa terkesan buru-buru? Bapak kan masih harus istirahat."
"Pihak sana yang minta, Ha. Niat baik kenapa harus ditunda ... gitu mereka bilang."
Kerja merupakan cara Juleha untuk belajar mandiri, tetapi keutuhan keluarganya sangat penting untuk saat ini. Apalagi, dia berniat untuk membongkar kebusukan Anusapati. Akhirnya, Juleha memiliki alasan untuk kembali izin meskipun terkena sanksi berupa potongan gaji.Â
Juleha menatap emak yang tampak kesal. Pendapat emaknya memang tidak pernah didengar oleh Mak Linik. Sehalus apa pun cara tutur kata emak akan berakhir adu mulut dengan Mak Linik.
"Kita nggak usah datang, Ha. Kayak dikejar maling aja acara lamaran harus terlaksana besuk pagi."
"Kalau emak nggak mau datang nggak masalah. Aku harus ke sana demi bapak."
"Terserah, deh. Emang lebih penting keluarga sono daripada emakmu sendiri, Ha!"
Untuk mencairkan suasana, Juleha sengaja menggelitik emaknya yang manyun. Mau tidak mau, emak terkikik karena geli.Â
"Maafkan aku, Mak. Aku harus menentang emak karena kebusukan Anusapati harus dibongkar," kata Juleha dalam hati.
Setelah subuh, Juleha meluncur ke rumah Mak Linik. Ada rasa tidak sabar untuk segera bertemu Wika, eh, lebih tepatnya Anusapati.
Rumah Mak Linik sudah didekor dengan cantik, seluruh hidangan untuk menjamu calon besan dipesan dari rumah makan ternama.
"Pantas saja emak sewot ... pasti banyak duit yang dikeluarkan," gumam Juleha.
Untuk riasan Wika di-handle oleh MUA Joe, perias kenamaan yang tarifnya tidak kaleng-kaleng. Juleha melihat ibu tirinya bahagia, padahal dia tanpa tahu sebentar lagi akan mendapat kejutan. Bapak lebih banyak diam di depan televisi.Â
***Bersambung***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H