Mohon tunggu...
Danny Prasetyo
Danny Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik ingin berbagi cerita

Menulis adalah buah karya dari sebuah ide

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pendidik, Mari Belajar dari Transformasi Rajawali

7 Mei 2020   21:02 Diperbarui: 7 Mei 2020   20:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sudah hampir satu setengah bulan pembelajaran jarak jauh sudah dilakukan dan tentu membawa dampak baik kepada pendidik ataupun peserta didik itu sendiri.

Hal inilah yang dirasakan oleh penulis yang juga adalah seorang pendidik dan tentu tidak pernah terbayangkan apalagi mempersiapkan model pembelajaran jarak jauh atau via daring ini.

Meski demikian, justru hal inilah yang memacu penulis untuk makin berkembang dan mungkin juga berusaha untuk meninggalkan zona nyaman.

Burung Rajawali dikenal sebagai hewan yang menguasai angkasa atau udara karena ketajaman melihat dan juga membuat sarangnya di puncak-puncak bukit batu atau di tempat tinggi lainnya.

Burung Rajawali bukan burung yang suka dengan angin sepoi atau hanya terbang rendah di atas pohon atau atap rumah, tetapi hewan ini pasti akan terbang makin tinggi bahkan di tengah angin kencang atau mungkin dalam angin badai. Lalu apa kaitan burung Rajawali dengan pembelajaran jarak jauh yang dilakukan oleh pendidik saat ini?

Ibarat burung Rajawali yang tetap terbang makin tinggi bahkan saat menghadapi angin kencang atau badai, maka sebagai seorang pendidik dalam menghadapi angin kencang atau masalah maka justru ini akan membuat kita makin "terbang" tinggi.

Hal yang penulis maksudkan ialah justru ditengah situasi yang tidak ideal, namun bukan berarti kita menyalahkan keadaan tapi justru harusnya bisa memetik pelajaran apa yang kita bisa dapatkan dari kondisi ini. Paling tidak ada 2 hal sebagai pendidik saya dapatkan pembelajaran dari karakter burung Rajawali :

1. Meninggalkan zona nyaman

Tidak mudah bagi seorang pendidik dituntut langsung merubah mindset dari pembelajaran tatap muka di kelas menjadi tatap muka melalui media atau pembelajaran jarak jauh. Bagi mereka yang baru beberapa tahun menjadi pendidik, mungkin perubahan tersebut merupakan hal yang biasa, karena bisa jadi mereka juga berada dalam lingkup generasi yang sama.

Akan tetapi, bagaimana bagi para pendidik yang sudah belasan atau bahkan puluhan tahun mengajar, tentu perubahan ini merupakan hal yang tidak mudah. Hal ini dikarenakan harus meninggalkan zona nyaman dan tentu itu merupakan perjuangan tersendiri.

Penulis hanya sharing apa yang dialami sebagai seorang pendidik yang mengalami perubahan cara mengajar dan tentu bagi penulis bukan hal yang mudah, meski juga bukan hal yang sulit selama kita mau terbuka untuk belajar. 

Zona nyaman bagi setiap orang merupakan hal yang menyenangkan dan tentu jika disuruh memilih pasti kita tidak mau untuk meninggalkannya.

Akan tetapi, kembali seperti burung Rajawali tadi, jika tetap pada zona nyamannya maka bisa jadi burung Rajawali tidak akan berumur panjang, karena ada fase dalam hidupnya dimana dia harus mengalami serangkaian transformasi pada organ tubuhnya untuk berganti (paruhnya, kuku dan sayap) dan perubahan itu tentu demi kebaikannya di masa depan nantinya.

Inilah pelajaran pertama yang penulis dapatkan yaitu belajar untuk meninggalkan zona nyaman diri sendiri sehingga siap untuk bertransformasi menghadapi kondisi.

2. Bertransformasi menghadapi kondisi

Pelajaran kedua yang penulis dapatkan ialah dapat bertransformasi menghadapi berbagai kondisi yang ada. Bukankah sebagai seorang pendidik hal ini seharusnya bukan hal sulit karena dari sebelum ada situasi seperti sekarangpun, pendidik senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.  Transformasi yang dilakukan seperti juga burung Rajawali tersebut yaitu dalam hal "paruh, kuku maupun sayapnya." 

Seorang pendidik yang bertransformasi mengganti "paruh" maksudnya dengan merubah cara mengajar yaitu tidak hanya menerangkan dengan perkataan saja, tetapi sekarang bisa dengan tulisan, gambar, video atau hal lainnya.

Selain paruh, juga ada perubahan "kuku" yang bisa diumpakan sebagai media pembelajaran dimana tidak lagi mengandalkan white board, spidol, kapur tetapi mulai dengan "kuku" atau media yang baru yaotu laptop, handphone, internet, media sosial. 

Ketika "paruh dan kuku" sudah mulai bertransformasi maka barulah "sayap" yang kita gunakan akan makin dapat membuat kita terbang tinggi.

Maksudnya di sini ialah pembelajaran tidak lagi dibatasi oleh dinding-dinding kelas dalam sebuah sekolah, tapi sudah makin terbang melintasi waktu dan tempat yaitu bisa belajar apapun, kapanpun dan dimanapun.

Terbang dengan sayap ini juga dimaksudkan agar peserta didik nantinya dapat belajar sesuai dengan talenta, keahlian atau minat yang diinginkan.

Seperti juga seekor Rajawali yang bebas dan merdeka untuk terbang, maka bisa jadi mungkin ini juga yang menjadi mimpi dari menteri pendidikan kita saat ini yang mengusung konsep "merdeka belajar."

Kamis 7 Mei 2020

-dny-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun