Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pet Attachment, Hubungan Emosional Hewan Peliharaan dengan Majikan

13 November 2021   12:55 Diperbarui: 14 November 2021   12:08 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hewan peliharaan. Sumber: pixabay

Artikel kali ini dibuka dengan kisah masa lalu saya yang hobi memelihara ayam saat masih kecil. Mungkin saat itu berusia 7 tahun. Jenis ayam yang dipelihara beragam, mulai dari ayam adu, ayam kampung, hingga ayam broiler. 

Saya membesarkan ayam tersebut setulus hati. Ayam-ayam tadi seakan menjadi teman sehari-hari, hal itu karena saya adalah satu-satunya anak lelaki di keluarga. Tak jauh beda dengan Ciung Wanara. 

Suatu ketika, paman memberi saya seekor ayam broiler yang masih kecil. Ukuran ayam itu sekepal tangan orang dewasa. Tentu saya antusias karena ada ayam baru. 

Ayam broiler tersebut dibesarkan dengan penuh cinta dari seorang bocah polos. Setiap pagi, setelah sarapan, saya selalu menyisakan nasi goreng buatan ibu untuk dibagi dengan ayam broiler tadi. 

Begitu juga dengan makan siang dan sore. Semua nasi tidak saya habiskan, nasi tersebut khusus untuk si ayam broiler. Agar santapan si ayam makin nikmat, saya berinisiatif menyisihkan uang jajan untuk membeli pakan ayam. 

Jadi, nasi sisa tersebut kemudian dicampur dengan pakan dan diberi air sedikit. Begitu lahapnya si ayam memakan itu. Beberapa bulan kemudian, si ayam yang tadinya sekepal tangan mulai tumbuh besar. 

Bahkan, ayam broiler saya mencapai bobot lima kilogram. Selain itu, ada jengger di kepalanya dan hebatnya bisa berkokok. Ketika berjalan, tubuh ayam tersebut begitu gempal penuh daging. 

Namun nahas, si ayam broiler harus menemui ajalnya. Saat itu bertepatan dengan bulan ramadhan. Ada satu kebisaan yang sudah membudaya di daerah saya ketika hendak masuk bulan ramadhan, yaitu munggahan alias makan daging. 

Awalnya saya menolak ketika si ayam broiler hendak dijadikan santapan sahur. Tapi, ibu dan bapak saya memberi penjelasan jika itu kodrat ayam. Akhirnya saya luluh, tapi dengan satu syarat. Kedua paha ayam harus dimakan oleh saya. 

Saya sendiri yang membawa ayam gendut itu ke tempat penyembelihan hewan. Saya memegangi ayam gendut itu, ketika pisau menyayat leher sang ayam, darah pun mengalir begitu deras. 

Si ayam dibiarkan tergeletak meronta-ronta kesakitan tanda ia tengah melepas nyawa. Saya hanya bisa termenung melihat pemandangan itu. Si ayam yang tak bernyawa itu kemudian dibawa pulang. 

Ketika sampai di rumah, ayam gendut kemudian disiram air panas dan dicabut bulunya satu per satu. 

Saya  tak tega melihat pemandangan itu dan akhirnya menangis. Entah mengapa saya bisa menangis hanya karena seekor ayam.

Ketika sudah matang, kedua paha ayam itu kini sudah berada di atas piring. Saya masih sama, tetap memandang daging ayam itu dengan raut muka biasa. 

Akhirnya saya memutuskan untuk makan telor daripada makan daging ayam yang sudah saya besarkan sejak kecil itu. 

Jika dipikir kembali, tentu aneh mengapa saya bisa menangis karena seekor ayam. Ternyata di balik itu semua ada alasan tersendiri, hewan peliharaan dan majikan bisa menumbuhkan hubungan emosional yang tinggi. Hubungan ini dikenal dengan istilah pet attachment. 

Menurut Bowbly, attachment diartikan sebagai ikatan emosional yang berlangsung antarindividu. Individu berusaha menjaga kedekatan dengan objek keterikatan dan bertindak untuk memastikan hubungan itu berlanjut.

Perilaku ini bisa kita lihat pada bayi yang baru lahir. Masih menurut Bowbly, bayi yang baru lahir sudah dilengkapi attachmnet secara alami dengan pengasuh atau ibunya.

Ternyata, attachment ini tidak hanya terjadi pada antarindividu saja. Ada salah satu penelitian klasik menyebutkan anak kera memiliki hubungan emosional yang tinggi dengan ibu pengganti.

Adanya kontak dengan subjek lain mampu menimbulkan rasa nyaman yang merupakan elemen penting dalam attachment. Hal inilah yang terjadi dengan majikan dan hewan peliharaan.

Pet attachmet pada dasarnya adalah ikatan emosional yang berlangsung antara hewan peliharaan dengan majikan. Kedektan hubungan ini sama seperti ikatan antarmanusia. Lalu, faktor apa saja yang membuat hubungan emosional ini terjadi?

Faktor pertama adalah gender, wanita biasanya memiliki attachment yang tinggi daripada lelaki. Wanita yang memelihara kucing akan merawatnya dengan setulus hati seperti pada anak sendiri. 

Faktor kedua adalah jenis hewan yang dipelihara. Jenis hewan peliharaan juga bisa menentukan hubungan emosional antara majikan dengan hewan peliharaan.

Kebanyakan orang akan memelihara hewan lucu, misalnya kucing atau anjing. Tingkah menggemaskan hewan tersebut membuat hubungan majikan dan hewan peliharaan bisa terbangun. Lalu, apakah ayam termasuk lucu? Mungkin ini bisa didiskusikan nanti.

Faktor ketiga adalah lamanya merawat. Mungkin inilah faktor yang paling masuk akal mengapa hubungan emosional manusia dan hewan bisa tercipta.

Misalnya untuk kasus ayam broiler saya. Ayam tersebut tadinya hanya sekepal tangan, lalu tumbuh menjadi ayam yang siap panen. Untuk mencapai bobot lima kilogram jelas butuh waktu lama. Apalagi hanya diberi pakan ala anak polos.

Waktu memelihara yang lama itulah kemudian membuat hubungan emosional antara hewan peliharaan dan majikan bisa terbangun. Apalagi jika hewan itu lucu dan menggemaskan, kemudian kita merawatnya sejak kecil. Sudah pasti hubungan keduanya akan tercipta.

Di balik itu semua, ternayata memiliki hewan peliharaan memiliki manfaat bagi kita. Apa saja manfaaat tersebut?

Meningkatkan kekebalan tubuh

Manafaat ini akan terasa pada anak-anak. Anak yang tumbuh di lingkungan rumah dengan hewan peliharaan beresiko lebih rendah mengalami alergi, asma, hingga eksim.

Meskipun begitu, ada sebagian dari kita yang justru alergi dengan bulu hewan. Jika sudah begitu, sebaikanya konsultasi lebih dulu pada dokter.

Melepaskan stress

Memiliki hewan peliharaan bisa membuat kita senang dan melupakan masalah sejenak. Hal ini disebabkan karena ada hormon dopmain yang dilepaskan oleh otak.

Hormon tersebut memberi kita rasa bahagia. Tidak heran jika sebagain dari kita hobi membawa hewan peliharaan jalan-jalan setiap sore hari. Di sisi lain, ada kepuasaan tersendiri jika kita memiliki hewan peliharaan.

Misalnya saat saya merawat burung kenari, mendengar burung tersebut berkicau setiap pagi membuat suasana menjadi tenang dan rileks. Atau saat melihat ikan mondar-mandir di akuarium, suasana tersebut memberi kesan tersendiri. 

Mendukung tumbuh kembang anak

Anak-anak yang memilki hewan peliharaan akan mempunyai rasa tanggungjawab dan empati. Terutama jika kedekatan emosional keduanya sudah terbangun.

Tapi, tetap orangtua harus mengawasi agar tidak terjadi kecelakaan fatal. Terutama jika hewan yang dipelihara kurang ramah pada anak.

Jadi itulah untuk artikel kali ini, semoga memberi manfaat dan terima kasih bagi yang sudah membaca artikel ini higga tuntas. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun