Si ayam dibiarkan tergeletak meronta-ronta kesakitan tanda ia tengah melepas nyawa. Saya hanya bisa termenung melihat pemandangan itu. Si ayam yang tak bernyawa itu kemudian dibawa pulang.Â
Ketika sampai di rumah, ayam gendut kemudian disiram air panas dan dicabut bulunya satu per satu.Â
Saya  tak tega melihat pemandangan itu dan akhirnya menangis. Entah mengapa saya bisa menangis hanya karena seekor ayam.
Ketika sudah matang, kedua paha ayam itu kini sudah berada di atas piring. Saya masih sama, tetap memandang daging ayam itu dengan raut muka biasa.Â
Akhirnya saya memutuskan untuk makan telor daripada makan daging ayam yang sudah saya besarkan sejak kecil itu.Â
Jika dipikir kembali, tentu aneh mengapa saya bisa menangis karena seekor ayam. Ternyata di balik itu semua ada alasan tersendiri, hewan peliharaan dan majikan bisa menumbuhkan hubungan emosional yang tinggi. Hubungan ini dikenal dengan istilah pet attachment.Â
Menurut Bowbly, attachment diartikan sebagai ikatan emosional yang berlangsung antarindividu. Individu berusaha menjaga kedekatan dengan objek keterikatan dan bertindak untuk memastikan hubungan itu berlanjut.
Perilaku ini bisa kita lihat pada bayi yang baru lahir. Masih menurut Bowbly, bayi yang baru lahir sudah dilengkapi attachmnet secara alami dengan pengasuh atau ibunya.
Ternyata, attachment ini tidak hanya terjadi pada antarindividu saja. Ada salah satu penelitian klasik menyebutkan anak kera memiliki hubungan emosional yang tinggi dengan ibu pengganti.
Adanya kontak dengan subjek lain mampu menimbulkan rasa nyaman yang merupakan elemen penting dalam attachment. Hal inilah yang terjadi dengan majikan dan hewan peliharaan.
Pet attachmet pada dasarnya adalah ikatan emosional yang berlangsung antara hewan peliharaan dengan majikan. Kedektan hubungan ini sama seperti ikatan antarmanusia. Lalu, faktor apa saja yang membuat hubungan emosional ini terjadi?