Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal "Catfishing", Pemalsuan Identitas Berkedok Cinta

24 Oktober 2021   12:33 Diperbarui: 12 Juni 2022   22:57 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "catfishing", pemalsuan identitas berkedok cinta. Sumber: pxfuel.com

Tidak sedikit dalam beberapa kasus, para oknum tersebut melakukan perbuatan keji berupa pemerasan hingga perkosaan pada korban. Lalu, apa yang membuat korban percaya begitu saja pada perilaku ini? 

Dalam dunia psikologi ada yang disebut dengan halo effect. Halo effect adalah bias penilaian pada seseorang karena penilaian itu datang pada kesan pertama. 

Baca juga: Halo Effect, Bias Penilaian saat Bertemu Seseorang

Citra positif yang ditampilkan di media sosial membuat korban percaya dan mempunyai kesan bahwa si pelaku seperti itu. Kesan positif itu akhirnya muncul, meskipun pelaku sering menyakiti, tidak sedikit para korban terus bertahan. 

Tentu saja hal ini karena halo effect. Halo effect tidak sepenuhnya benar, apalagi jika menilai seseorang pada kesan pertama. Itu sebabnya penilaian ini menjadi bias. 

Citra positif yang dibangun oleh pelaku tidak lebih hanya untuk membuat kesan yang baik agar korban lebih percaya. Itu sebabnya kita harus menyadari bahwa media sosial adalah dunia yang semu. 

Lalu, adakah cara agar kita tidak menjadi korban catfishing? Tentu saja kita tidak ingin menjadi korban dan dibodohi oleh perilaku tersebut. Ada beberapa cara agar kita terhindar dari catfishing. 

Waspada

Waspada adalah kunci agar kita tidak menjadi korban catfishing. Sulit memang untuk mendeteksi apakah seseorang serius menjalin hubungan dengan kita atau hanya ingin menipu. 

Apalagi jika komunikasi tersebut hanya di media sosial. Jika pelaku catfish, biasanya mereka menolak diajak bertemu dengan banyak alasan. Bahkan hanya untuk video call mereka pun menolak. 

Jika demikian, maka kita patut curiga agar tidak terjebak terlalu jauh. Di sinilah kita harus berani memutuskan komunikasi agar tidak menjadi korban catfishing. 

Bertanya 

Kita juga jangan larut dalam rayuan maut pelaku. Sebisa mungkin kita harus tahu latar belakang pelaku mulai dari nama, pekerjaan, dan informasi pribadi lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun