Dari kasus di atas, jelas bahwa ini merupakan sebuah kerugian. Seperti yang diulas pada awal artikel ini, salah satu cara mengibarkan bendera dan memutar lagu kebangsaan di negara orang lain adalah melalui olahraga.
Lantas jika seperti itu, sebenarnya mereka mewakili siapa? Mungkin disebut netral. Jika pun ada yang berhasil meraih emas, lagu yang diputar adalah bukan lagu kebangsaan, begitu juga dengan bendera yang berkibar.
Jadi, bisa dibayangkan bukan momen sakral yang diimpikan setiap atlet tersebut berkurang. Menjadi pemenang untuk diri sendiri begitulah kiranya.
Tetapi tidak ada rasa kebanggaan yang jauh lebih luas, yaitu membawa rasa bangga tempat kelahiran sekaligus menjadi identitas sang atlet. Jika identitas itu hilang, lantas untuk apa bertanding dan mewakili siapa?
Tentu saja apa yang dilakukan Rusia tidak patut dicontoh. Hal tersebut karena melanggar prinsip dalam dunia olahraga, yaitu bermain adil. Semua atlet tentunya berambisi menjadi pemenang pada setiap pertandingan yang dijalani.
Akan tetapi, untuk mencapai kemenangan tersebut harus diraih dengan cara yang adil. Mendapatkan kemenangan dengan cara murni, yaitu dengan kerja keras dan kemampuan kita yang dilatih terus menerus akan menjadi lebih berkesan dibanding dengan bantuan obat.
Hal tersebut hanya membuktikan bahwa sang atlet sudah kalah sebelum perang, dan sudah mengetahui dirinya tidak akan berbicara banyak. Bukannya kekurangan tersebut ditambal dengan kerja keras dan latihan, tetapi justru memilih jalan instan dan menciderai sikap sportifitas.