Mohon tunggu...
Dani Medionovianto
Dani Medionovianto Mohon Tunggu... Penyuluh Pertanian

Temennya Petani

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dandi, Si Petani Mentimun dari Mamuju yang Tak Pernah Lelah Bertani

1 Mei 2025   07:00 Diperbarui: 4 Mei 2025   11:16 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dandi dan mentimun hasil penenannya. (Foto : Dok. Pribadi Dandi)

Saya masih ingat pertama kali bertemu Dandi, atau yang akrab juga dipanggil Damri, ya, seperti nama armada bus yang sering kita dengar itu. Pertemuan kami terjadi pada tahun 2022, dalam sebuah sarasehan petani milenial se-Indonesia di Makasar. 

Saat itu, saya diberi tugas mendampingi perwakilan petani binaan Badan Litbang Pertanian (sekarang BRMP Kementan). Sejak pertemuan itu, saya tak pernah benar-benar melupakan semangat yang terpancar dari sosok muda asal Sulawesi Barat ini.

Beberapa waktu lalu, saya memutuskan untuk menghubungi Dandi. Rasa penasaran saya tumbuh setelah beberapa kali melihat unggahan media sosialnya yang penuh dengan aktivitas pertanian, terutama tanaman mentimun. 

Dari obrolan kami yang akrab melalui telepon, saya mendengar langsung kisah perjalanan usahatani yang ia jalani dengan sepenuh hati.

Dandi tinggal di Lingkungan Padang Malolo, Kelurahan Sinyonyoi Selatan, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Ia tergabung dalam Kelompok Tani Sipempadangan. 

Sudah lima tahun terakhir ini Dandi menekuni budidaya mentimun. Ia sempat mencoba menanam pepaya, namun gagal karena faktor cuaca ekstrem dan banjir yang menghancurkan lahan taninya. 

Dari kegagalan itulah, Dandi kembali pada mentimun, komoditas yang ia anggap sebagai sahabat yang setia.

Dandi berdiskusi bersama anggota kelompok tani. (Foto : Dok. Pribadi)
Dandi berdiskusi bersama anggota kelompok tani. (Foto : Dok. Pribadi)
"Mentimun itu cepat perputarannya, Pak," katanya di ujung telepon. "Empat puluh hari sudah bisa panen, dua bulan sudah habis masa tanamnya." Dan dari 2.000 pohon mentimun yang ditanam, ia bisa meraup pendapatan bersih sekitar 15 hingga 17 juta rupiah. Tentu saja, bila harga di pasar sedang bersahabat.

Seperti petani hortikultura lainnya, Dandi harus bergulat dengan harga pasar yang fluktuatif. Tak jarang harga mentimun anjlok, dan hasil kerja keras berminggu-minggu hanya terbayar dengan senyum pahit. Tapi yang membuat saya terkesan adalah semangatnya yang tak pernah luntur.

"Selama lima tahun ini, Alhamdulillah mentimun membuat saya tetap kuat, tetap bertani, Pak," ucapnya. Saya bisa merasakan keteguhan itu dari nada suaranya, ia tidak mengeluh, hanya bercerita dengan jujur.

Dandi sedang menyiram tanaman mentimunnya. (Foto : Dok.Pribadi)
Dandi sedang menyiram tanaman mentimunnya. (Foto : Dok.Pribadi)
Saya bertanya padanya tentang harapannya terhadap dunia pertanian, terhadap pemerintah, terhadap siapa saja yang peduli pada nasib petani. Jawabannya sederhana tapi dalam: "Kami hanya ingin diberi motivasi, Pak. Dikasih support, itu saja. Supaya tetap semangat bertani."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun