Hubungannya bukan penundukan, penguasaan seperti ditunjukkan kecenderungan dewasa kini yang mengeruk dan mengeksploitasi segala sesuatunya.
Semua realitas ciptaan memang suatu tanda menuju Allah. Lantas, bagaimana kita mengenal tanda itu ? Kita mengenal tanda itu hanya dengan membacanya. Karena itu, tidak heran bila dalam semangat Bonaventura, kegiatan membaca dan studi itu mendapat penghargaan yang layak.
Membaca
Kita bisa memang mengenal tanda itu dengan membaca. Akan tetapi, tidak berhenti di situ, Bonaventura lantas mengajak kita belajar membaca tanda-tanda tersebut dengan tepat.Â
Dunia - demikian Bonaventura - seperti sebuah buku. Jika buku itu dapat dibaca, ia akan mengarahkan pembacanya kepada Allah.
Terkadang buku itu tidak bisa dibaca karena kesombongan dan egoisme manusia itu membawa kegelapan ke dalam dunia. Karena itu, kita bisa membaca kalau diterangi Allah dengan mendengarkan pewahyuan diri Allah dengan penuh perhatian dan refleksi.Â
Semua itu perlu dilakukan bukan karena alam atau dunia sekitar kita, tetapi dambaan akan Allah harus mendorong kita untuk menghargai lebih jauh segala hal yang telah diciptakan Allah dan tidak menyebabkan kita memisahkan diri dari ciptaan tersebut, tetapi justru terlibat di dalam dunia ciptaan karena kita adalah bagian darinya.
Lantas, perjalanan menuju Allah perlu diteruskan dalam proses yang menyentuh inti. Bagaimana manusia yang terbatas ini dapat memperoleh pengetahuan tentang Allah yang tidak terbatas ?Â
Di sinilah lantas peran sapientia (kebijaksanaan) begitu penting. Kebijaksanaan ini merupakan suatu bentuk pengetahuan yang didapatkan tidak saja melalui intelegensi, tetapi juga cinta.
Kebijaksanan ini dibedakan : kebijaksanan yang diciptakan dan kebijaksanan yang tidak diciptakan. Ini bisa dicapai bila dunia (tidak sekedar dibaca saja) tetapi dihadapi dengan semangat kontemplasi penuh doa. Inilah kebijaksanan yang diciptakan.Â
Dalam tahap ini, manusia menjadi manusia baru. Tahap berikutnya adalah ketika jiwa manusia menerima anugerah tertinggi dari Allah yaitu kehadiran ilahi. Inilah kebijaksanan yang tak diciptakan.
Bonaventura mengajak kita belajar membaca tanda-tanda tersebut dengan tepat. Dunia - demikian Bonaventura - seperti sebuah buku. Jika buku itu dapat dibaca, ia akan mengarahkan pembacanya kepada Allah.