Mohon tunggu...
Daniel Notolegowo
Daniel Notolegowo Mohon Tunggu... -

Young Entrepreneur, Traveller, Photographer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cerita dari Nunukan, Kalimantan Utara

6 Oktober 2014   05:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:14 2028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1412523314478562927

Halo. Minggu lalu saya dapat kesempatan langka untuk mengunjungi Nunukan, salah satu kabupaten di Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan negara tetangga kita, yaitu Malaysia. Perjalanan dari Jakarta ke Nunukan sendiri saya tempuh dengan menggunakan jalur udara dengan dua kali transit, yaitu di Balikpapan dan kemudian di Tarakan. Buat saya, ini pengalaman yang unik karena ternyata untuk mencapai salah satu kabupaten di Kalimantan saja saya harus transit di dua kota. Pengalaman unik lainnya saya dapatkan saat perjalanan dair Tarakan menuju Nunukan menggunakan pesawat dari maskapai Susi Air. Unik bagi saya karena pesawat Susi Air ternyata adalah pesawat kecil berkapasitas 12 orang yang dipiloti oleh dua orang warga negara asing.

Sampai di Nunukan kesan pertama saya adalah kota ini termasuk sepi ya. Saya juga perhatikan bahwa landscape dari pulau Nunukan yang bergelombang dengan bukit-bukit rendah, serta garis pantai yang hampir seluruhnya tertutupi oleh hutan bakau. Landscape berbukit ini mengingatkan saya pada kota Batam di Kepulauan Riau. Keberadaan Kota Nunukan yang terletak pada pulau tersendiri yang terpisah dari Pulau Kalimantan menurut saya memberikan keuntundan bagi Nunukan. Pengembangan kota dapat dilakukan dengan leluasa di seluruh sudut pulau. Hal ini tentunya sedikit berbeda jika kota ini terletak di Pulau Kalimantan yang berhubungan langsung dengan hutan rimba Kalimantan yang dilindungi.

Nunukan sendiri benar-benar menjadi kota yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Dari kamar hotel saya dapat melihat wilayah dari negara Malaysia. Kehidupan masyarakat Nunukan pun masih sangat terkait erat dengan tetangga kita itu. Di Nunukan, kita tidak dapat menjumpai tabung gas LPG milik Indonesia. Yang ada di Nunukan adalah tabung gas hasil "impor" ilegal dari Malaysia.  Begitu juga dengan minuman kaleng dan berbagai produk makanan di Nunukan yang didominasi oleh barang "impor". Kata orang-orang yang saya temui sih itu semua ilegal, tapi toh dibiarkan lolos tuh. Yah, pilihannya memang mau pakai yang impor atau tidak pakai sama sekali karena distbribusi barang yang sepadan dari Indonesia tidak kunjung sampai.

Satu cerita lagi yang saya peroleh adalah bahwa ongkos speedboat dari Nunukan ke kota Tawau di Sabah, Malaysia lebih murah dari ongkos speedboat dari Nunukan ke Tarakan.  Hal ini menjadi sebuah ironi sendiri bagi saya. Bagaimana mungkin ongkos perjalanan ke kedua tempat yang relatif sama dari segi jarak ini berbeda.

Salam dari Nunukan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun