Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tentang Rasa yang Mengalun Sepanjang Festival Kuliner Serpong 2016

26 Agustus 2016   00:40 Diperbarui: 28 Agustus 2016   18:01 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gapura berbentuk segitiga yang terbuat dari batang-batang bambu itu terlihat simpel namun artistik. Nyala dari lampu-lampu pijar yang teruntai membuatnya semakin indah. Tak heran pengunjung menjadikan tempat tersebut sebagai salah satu titik favorit untuk melakukan selfie. Aku berhenti sejenak, menunggu para pe-selfie tersebut selesai mengabadikan diri, lalu mengambil potret gapura segitiga tersebut.

Dari gapura aku melangkah ke arah kiri, berhenti di salah satu tenant. Seorang wanita muda berbaju warna oranye dan jilbab yang juga sewarna menawariku menu yang tersedia di tenant tersebut. Satu porsi ketan durian dan satu porsi tahu petis menjadi ‘menu ringan’ yang aku pesan, lalu aku beranjak menuju area panggung yang berada di sisi timur-selatan. Satu tempat kosong akhirnya aku peroleh, dan aku segera duduk di antara pengunjung yang sudah tiba terlebih dahulu.

***

FKS 2016
FKS 2016
Festival Kuliner Serpong kembali dihelat untuk keenam kalinya oleh Summarecon Mal Serpong (SMS). Dari tangal 12 Agustus – 12 September 2016, Kekayaan warisan nusantara khususnya Jawa Timur bisa dinikmati pada event yang mengambil tema “Wuenak E’ Puolll” tersebut. Tahun ini adalah kedua kali aku datang ke event kuliner ini, setelah tahun 2015 lalu aku bisa mencicipi kuliner dari Sumatera Utara yang tahun itu mengambil tema “Horas.... Beta Mangan Hita”

Empat gelaran FKS lain sebelumnya memperkenalkan kekayaan kuliner dengan mengusung tema “Beauty of Bali” (2011), “Minang nan Rancak” (2012), “Jawa sing Ngangeni” (2013), dan “Sulawesi Nyamanna’… Pe Sadap” (2014) dari Sulawesi. Tapi sayangnya, keempat event ini tidak sempat aku datangi.

A la Madura
A la Madura
Memasuki area parkir selatan SMS di mana FKS diadakan, nuansa budaya Jawa Timur langsung menyapa pengunjung. Sebuah gapura berupa Candi Penataran kokoh berdiri dengan tulisan “Festival Kulier Serpong” terpampang di bagian atasnya, juga hampir 96 tenant kuliner yang dikemas dalam bentuk replika rumah Banyuwangi, Madura hingga Majapahit. Iringan musik instrumental khas Jawa Timuran terdengar di area festival.

***

Ketan durian dan tahu petis
Ketan durian dan tahu petis
Sendok demi sendok ketan yang bercampur kuah durian aku nikmati. Di panggung depan sana sang pembawa acara menyapa para pengunjung, mengajak satu dua pengunjung tampil ke depan untuk menjawab pertanyaan ringan seputar Jawa Timur. Hingga kemudian ia memperkenalkan seorang artis yang akan tampil untuk menghibur.

“Mengering sudah bunga di pelukan, merpati putih berarak pulang terbang menerjang badai …”

Sebuah lagu lawas karya Eros Djarot yang pernah dipopulerkan oleh Chrisye menjadi pembuka, dibawakan dengan syahdu oleh Astrid. Band pengiring cukup terampil memainkan musik populer untuk mengimbangi vokal dari artis kelahiran Surabaya tersebut. Dilanjutkan dengan lagu Di Dadaku Ada Kamu (Vina Panduwinata)yang dibawakan dengan gaya centil oleh Astrid. Aransemen musik dibuat berbeda dari lagu versi Vina. Band cukup kreatif dan cerdas untuk menampilkan suasana yang baru dengan memainkan irama jazz yang sedikit berbau tekno. 

Astrid kemudian mengambil jeda dengan mengajak pengunjung berbincang. 

“Di sini ada cowok yang jomblo?” tanyanya.

***

Seperti tahun lalu, aku cukup bingung untuk menentukan kuliner mana yang harus dicoba saat datang ke area FKS. Sengaja aku berjalan berkeliling dahulu ke seluruh tenant untuk melihat menu demi menu sebelum memutuskan apa yang paling menarik untuk dicicipi. Tentu saja semua enak, semua lezat dan menggugah selera. Namun tidak mungkin semua bisa dinikmati sekaligus.

Tenant kuliner
Tenant kuliner
Jajaran kuliner khas Jawa Timur layak untuk dicoba di event FKS kali ini. Mulai dari Nasi Campur dan Rawon Pojok Tambak Bayan, Pecel Pincuk Bu Ida, Sego Resek, Soto Ambengan Cak Har, Bebek Ireng Suroboyo Cak Baz, atau Sate Ayam Ponorogo Nyamleng.

Bebek ireng Cak Baz akhirnya menjadi pilihan pertamaku. Potongan besar bebek goreng, nasi putih dan sambal menjadi paduan yang menggiurkan. Daging bebeknya empuk dan tebal, suatu hal yang jarang aku temukan di tempat lain. Beberapa kali menikmati bebek goreng, biasanya memang daging bebeknya tidak terlalu besar sehingga dalam beberapa kali gigit sudah habis dagingnya. 

Bebek Cak Baz
Bebek Cak Baz
Menu lain yang aku pilih selanjutnya adalah sate ayam Ponorogo. Dagingnya empuk, bumbu satenya juga lezat. Selain kuliner Jawa Timur, kuliner dari daerah lain juga ada. Seperti ayam Taliwang, martabak Medan, gudeg Jogja, bongkot nasi campur Bali dan menu yang lain.

***

Ivan, salah satu pengunjung naik ke panggung dan berbicang dengan Astrid.
“Kenapa jomblo?” tanya Astrid.
“Karena pilihan saya,” jawab Ivan.

Obrolan singkat terjadi, sebelum akhirnya Astrid memberi sebuah ciuman di pipi Ivan dan disambut tepuk tangan pengunjung lainnya. Astrid melanjutkan performance dengan melantunkan lagu-lagu dari album miliknya, seperti lagu Demi Kita, Terpukau, atau Tentang Rasa. Pengunjung nampak ikut bersama menyanyikan beberapa bait lagu.

“Dapatkah selamanya kita bersama menyatukan perasaan kau dan aku. Semoga cinta kita kekal abadi sesampainya akhir nanti selamanya.”

***

Di salah satu area FKS, berdiri sebuah panggung utama yang didekorasi dengan hiasan atraktif dari kesenian Reog Ponorogo melalui miniatur singa-singaan dan bulu merak yang eksotis, serta kuda lumping. Berbagai atraksi seni budaya ditampilkan di panggung utama ini.

Seniman berdarah Jawa Timur yaitu Sudjiwo Tedjo tampil di hari pembukaan (12 Agustus) dengan atraksi dari kesenian reog Ponorogo. Seniman-seniman lain juga menghibur pengunjung yang datang di FKS 2016, seperti Astrid (24 Agustus) dan Ari Lasso (31 Agustus). 

Penampilan Astrid
Penampilan Astrid
Juga ada story telling oleh WWF Indonesia (16, 19, 23, 26 Agustus, 6, 9 September), penampilan Voice of Indonesia (17 Agustus, 7, 10, 12 September), Seni Reog (17, 28 Agustus, 2, 12 September), Purwacaraka Music Studio (13, 21 Agustus, 3 September), Willy Sumantri Music School (20, 28 Agustus, 4 September), dan Rhapsody Music Center (14, 27 Agustus, 11 September).

***

Menjelang akhir pertunjukan, Astrid membawakan lagu bernuansa Jawa Timur secara medley yaitu Rek Ayo Rek, Tanjung Perak, dan Cublak-cublak Suweng dengan iringan musik riang dan ringan. Medley selanjutnya yang dibawakan Astrid berisi lagu yang pernah dipopulerkan oleh artis lain, semisal Berhenti Berharap (Sheila On 7) dan Semusim (Marcell). Sebagai penutup, Astrid membawakan sebuah lagu yang mempulerkan namanya di dunia musik Indonesia pada tahun 2006 berjudul Jadikan Aku yang Kedua. Penampilan yang keren!

Festival Kuliner Serpong memberi rasa tersendiri yang mengangkat budaya Indonesia. Tak hanya melestarikan warisan kuliner yang lezat, namun juga melestarikan kesenian Nusantara yang bernilai tinggi. 

KPK
KPK

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun