Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Proklamasi Kemerdekaan 1945 dan Sakitnya Soekarno Saat Membacakannya

18 Agustus 2017   12:01 Diperbarui: 19 Agustus 2017   09:20 8490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah gedung tempat tinggal Laksamana Muda Maeda, tempat perumusan naskah Proklamasi itu, sejak 1992, diresmikan menjadi  museum dengan nama "Museum Perumusan Naskah  Proklamasi", letaknya di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat.

Soekarno bukan hanya tidak tidur selama dua hari, tetapi penyakit malarianya juga kumat, ia merasa seluruh badannya menggigil dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki, suhu badannya mencapai 40 derajat Celcius. Dalam keadaan sakit, Soekarno pun pulang ke rumahnya, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.

Di rumah, Soekarno tidak tidur, karena ia masih menulis banyak instruksi untuk pimpinan-pimpinan di daerah tentang bagaimana bersikap dam bertindak  setelah nanti deklarasi Proklamasi Kemerdekaan diumumkan.

Namun akhirnya, ia tak kuat lagi, dan atas petunjuk Soeharto,  dokter pribadinya, Soekarno pergi tidur di kamarnya, semua orang dilarang mengganggunya.

Berita bahwa Soekarno akan mengdeklarasikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada hari itu juga, 17 Agustus 1945, sudah tersebar di seantero Jakarta. Ribuan rakyat pun turun ke jalan-jalan, keliling Jakarta, mengetok rumah satu per satu, berteriak memberitahukan Soekarno akan menyatakan kemerdekaan Indonesia di rumahnya, di Pegangsaan Timur 56 itu.

Pukul sembilan pagi, sudah ada  sekitar 500 orang sudah mengepung untuk melindungi Soekarno yang berada di rumahnya itu, dengan maksud agar deklarasi Proklamasi Kemerdekaan itu dapat dibacakan Soekarno dengan lancar tanpa ada gangguan apapun, terutama dari militer Jepang. Jika ada ganggauan, termasuk halangan dari tentara Jepang, rakyat siap melawannya.


Orang banyak itu pun semakin tidak sabar, berteriak-teriak mendesak Soekarno agar segera keluar rumah mengdeklarasikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

"Sekarang, Bung, sekarang! Nyatakanlah sekarang kemerdekaan, nyatakan sekarang kemerdekaan, ... Hai, Bung Karno, hari sudah tinggi , ... hari sudah panas,  ... rakyat sudah tidak sabar lagi. Rakyat sudah gelisah. Rakyat sudah berkumpul. Ucapkanlah Proklamasi!".

Namun, Soekarno belum mau membaca teks Proklamasi itu, ia menunggu kedatangan Mohammad Hatta. Tanpa Hatta, Soekarno tidak mau membaca teks Proklamasi itu. Setelah menunggu beberapa lama, Hatta pun datang. Dia menemui Soekarno di kamarnya, yang masih terbaring sakit, di ranjangnya.

Sokarno bangkit, lalu berpakaian, pakaian serba putih. Tak ada satu pun perkataan kedua tokoh besar itu yang bisa dicatat sebagai catatan sejarah. Tidak ada seorang pun dari mereka berdua yang bersemangat menyala-nyala. Mereka berdua  sangat letih. "Dan, yah, mungkin juga sedikit takut, kukira", tulis Soekarno di bukunya itu.

Seorang anggota PETA yang masih mengenakan seragamnya, Abdul Latief Hendraningrat, masuk kamar, bertanya, apakah semua sudah siap, waktunya mengdeklrasikan kemerdekaan Indonesia telah tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun