Mohon tunggu...
Burdani Dani
Burdani Dani Mohon Tunggu... Insinyur - Sastra Mengubah Dunia

Saya senang membaca, saya juga berusaha menuliskan sesuatu yang berguna bagi orang. Boleh jadi menjadikannya hiburan atau penggugah inspirasi bagi orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nonton Film Ancika

15 Januari 2024   17:27 Diperbarui: 16 Januari 2024   09:59 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar : www.jawapos.com

Hujan gerimis tiba-tiba datang, kami berlarian menuju pondok tempat istirahat para pemetik Teh. Kami berteduh di bawah atap seng yang sudah banyak lubangnya. Sesekali bulir hujan lolos pada lubang itu membasahi kami. Tak pelak kabut yang menutupi bukit bergerak perlahan di atas hamparan kebun teh. Angin bertiup kencang bergandengan suhu dingin perbukitan.

***

Sorak-sorai suara mahasiswa bersautan memenuhi aula besar di sebuah kampus swasta. Debat antar mahasiswa tak terelakkan lagi saat itu. Saresehan Mahasiswa Tingkat Nasional membahas pembangunan dan strategi politik pasca bersatunya Timor-Timur. Meski ada beberapa Menteri yang datang namun penjagaan ketat aparat sungguh terasa. Pasti banyak mata yang mengawasi semuanya. Aku duduk di baris kedua dari depan, dibelakang tamu undangan khusus. Ada wanita paruh baya dengan berpakaian rapi yang sangat mengamati saat ada mahasiswa yang kebagian untuk bicara. Sesekali dia mencatat sesuatu pada sebuah buku kecil. Di pangkuannya ada tas jinjing berwarna hitam. Entah kebetulan atau sengaja tas itu sedikit terbuka, aku melihat sedikit bagian dari sebuah pistol.

Aku hafal betul bagian pistol, maklum anak Tentara. Waktu kecil aku nonton bapakku membesihkan pistol jika akan berangkat tugas.

Aku faham bahwa mungkin ibu itu bagian dari team rahasia pengamanan yang menyamar. Aku justru senang dan tidak takut. Artinya kami dijaga full 100% oleh aparat. Ini bahasa anak tentara…heheh.

Tiba bagianku untuk bicara lantang, agitasiku rupanya membuat semua teman mahasiswa hening mendengarkanku. Aku tahu betul masalah yang sedang dibahas, referensiku cukup lengkap dan ditambah saksi hidup Bapakku sendiri yang bercerita tentang Operasi Seroja beliau tahun 1975. Aku menggiring pemikiran mahasiswa untuk berfikir secara sistematis bagaimana negara kita bisa membangun Timor-Timur dengan baik dan bijaksana.

***

Sudah seminggu aku berada di kampus kembali, banyak hal yang aku lupakan dan lewati. Seorang teman menyampaikan pesan bahwa saat aku hadiri kegiatan nasional mahasiswa yang lalu kekasihku datang dan mencariku. Bagai tersengat tawon aku seperti terbangun dari pingsan lama. Lupa aku punya orang yang aku sayangi….ya aku amnesia kemarin terbius urusan bangsa ini yang pelik. Aku berlari tinggalkan temanku yang bengong dan memanggil-manggilku. Aku pergi ke wartel terdekat, perasaan bersalahku membuncah di dadaku. Di ujung telpon seorang pembantu anak kost putri berbicara terbata-bata.

“Iya, bibi panggilkan sekarang, tunggunya jangan ditutup telponnya !”

Tak lama nada suara yang sangat kukenal, “Hai….kamu kemana aja ihh selama ini, tak khabari aku !” Kekasihku berkata dengan intonasi sedikit meninggi.

“Maaf aku banyak kegiatan di kampus dan Seminar Nasional !”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun