Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ada Maling "View" di Kompasiana

24 Maret 2018   15:48 Diperbarui: 24 Maret 2018   16:10 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kompasiana.com mix Jakarta bloknote.com

Bagi saya, Kompasiana itu blog yang ndancuki sekaligus ngangeni. Kadang-kadang juga nggapleki polkarena suka membuat kesal hati. Coba siapa yang tidak kesal, kalau jumlah view atau pengunjung tulisan yang seuprit, merangkak secara perlahan dari menit ke jam, tiba-tiba wuss...aba kadabra berkurang misalnya dari 45 view jadi 3 view.

Nah, mau misuh-misuh dancuk...dancuk...dancuk, apa ya ingin dikepruk uleg-uleg sama bojo. Lha yang bikin kesal Kompasiana kok misuhnya di rumah. Mau ngadu di grup penulis Kompasiana yang isinya orang ngawur gak jelas itu, paling juga disebut hoax. Itu tanggapan paling ringan. Yang sedikit berat itu kalau sudah keluar kata-kata mutiara, "Dongok Luh".

Ternyata yang kesal dengan jumlah view yang berkurang itu tidak hanya saya. Kompasianer Susiharyawan yang badannya gede seperti petinju Mike Tyson itu sering kesal karena view di artikelnya dimaling juga. Saya sarankan, Susiharyawan untuk beli samsak tinju seperti di acara lawakan Cak Lontong saja. Kalau kesal ndak usah misuh-misuh, ndak cocok untuk priyantun Jawi, cukup samsak itu ditinju sepuasnya.

Nah... sudah tahu begitu kok tetap saja saya bela-belain menulis di Kompasiana. Kan lebih baik minggat saja. Ya saya ndak minggat karena ternyata Kompasiana itu ngangeni. Bukan karena dibayar... bukan. Kompasiana terlalu "kaya" untuk bisa membayar penulisnya. Walaupun konon masuk 10 besar portal yang dibaca, tetapi belum ada cerita Kompasiana membayar artikel penulisnya. 

Yang ada itu hanya sekedar uang hiburan bagi penulis paling aktif, populer, dan kriteria yang terserah admin mau tetapkan seperti apa. Bagi yang di luar itu, ya angop saja. Jadi kalau ingin menjadikan blogger Kompasiana sebagai alat cari duit, itu terlalu fantastis. Ini mungkin yang jarang diketahui pembaca awam, dipikir kalau tulisannya banyak di Kompasiana pasti dapat imbalan banyak juga.

Yang buat kangen Kompasiana itu karena blog ini menampung berbagai genre tulisan dan bersikap adil pada kelompok kepentingan penulisnya alias non blok. Ini dulu yang dijalankan admin Kompasiana sehingga jadi kampung bersama. Saya masih suka bernostalgia bahwa Kompasiana masih seperti itu sehingga kangen untuk terus menulis dan membaca di blog keroyokan ini.

Soal akhir-akhir ini ada rumor selera dan sifat non blok para pengelolanya sudah berubah ya bisa saja terjadi. Wong memang kepentingan politik itu tak pernah kenal kata tidak mungkin. Rumor itu kan tentunya juga berawal dari pilihan-plihan artikel redaksi baik sebagai artikel pilihan biasa atau artikel utama. Itu semua mencerminkan kebijakan keredaksian yang dipilih.

Saya sebenarnya juga menyayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Kalau sampai seperti itu, portal blog keroyokan ini akan turun derajatnya jadi alat propaganda politik kelompok tertentu saja. Tetapi, saya ini kan cuma penumpang yang bayar pakai pulsa. Penumpang itu ya penumpang. Urusan tulisan konconeadmin jadi HL, dimuat berhari-hari, masak harus saya pisuhi, dancuk kamu, emang kurang kerjaan.

Nah, untuk hal-hal yang seperti itu, sak karep-karepmu. Tetapi, soal jumlah view ini jelas tidak bisa diam saja. Salah satu hiburan seorang penulis adalah ketika mengetahui tulisannya dibaca banyak orang. Itulah kebahagiaan yang dirasakan seorang penulis.

Dulu, sebelum era medsos ber-IT, seorang penulis  sangat bangga ketika artikelnya dimuat di koran atau majalah. Dia tidak pernah mempermasalahkan berapa jumlah pembaca artikelnya karena dia tidak  pernah bisa tahu pasti. Yang dia tahu artikelnya dimuat di media nasional atau terkemuka atau media yang bisa menampung aspirasinya. Lebih dari itu, dia dapat honor atas artikelnya yang dimuat.

Sekarang, tidak seperti itu lagi. Memang masih banyak media cetak yang memuat artikel dengan imbalan uang. Tetapi hanya beberapa penulis top markotop yang mendapat kemewahan itu. Yang lain macam saya ini ya cukup puaslah berbloger ria saja. Toh banyak juga orang beken dan top juga menulis di blog. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun