Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Banyu Langse, Situs Purbakala yang Terlupakan

31 Oktober 2016   12:28 Diperbarui: 1 November 2016   02:17 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air terjun berundak Banyu Langse, Boto, Semanding, Tuban. foto: dokpri

Jadi motor kami putar, masih di Gang Tirto Langse, ada belokan jalan menuju tempat itu. Dan semua jalan di situ kondisinya mulus beraspal, sampai di jembatan di atas air terjun utama. Air terjun Tirto Langse atau Banyu Langse, memang bertingkat-tingkat, meski ketinggiannya tak seberapa tapi jumlahnya banyak, sambung-menyambung. Sayangnya, memang belum ada sentuhan untuk menjadikannya tempat wisata.

Jadi, sikap hati-hati tetap harus dijaga karena belum ada fasilitas apa pun, misalkan tangga, undakan jalan dari semen menuju bawah air terjun. Kalau mau selfi, misalnya, juga harus super hati-hati, khususnya yang air terjun di hulu dekat jembatan, pinggirannya licin. Helm saya kemarin sempat jatuh di tepi air terjun. Karena licin tempat jatuhnya,  terpaksa deh minta pertolongan anggota pramuka.

MENGENAL AIR TERJUN BANYU LANGSE

Banyu Langse adalah sungai purba, yang berhulu di perbukitan Desa Jadi. Letak Desa Boto itu di bawah, sementara Desa Jadi itu di atas, dengan jalanan yang menanjak tajam. Sungai yang menurun tajam itu membentuk air terjun-air terjun mini di aliran sungai yang jumlahnya lebih dari sepuluh. Inilah keunikan Tirto Langse, yang rupanya menarik masyarakat sejak dulunya. 

Di tepinya, berdirilah Desa Boto, penamaan yang diambil dari penemuan batu bata kuno sisa candi, yang kini tinggal jadi "grumbul" dengan Pohon Dora yang usianya sudah ratusan tahun. Para tetua desa ini, saat saya tanya cuma menunjukkan pohon ini dan sisa batu bata di bawahnya, sebagai bukti sejarah desa mereka. 

Konon, di desa ini pada 2013 pernah pula ditemukan batu lingga-yoni, alu serta pipihan yang juga terbuat dari batu, serta patung Airlangga seukuran 10 cm yang terbuat dari kuningan. Benda-benda ini ditemukan di bibir goa Gampeng Gempal, yang terletak sekitar seratus meter dari air terjun. Penemunya seorang pemuda bernama Satria Angga. Entah benda purbakala itu sekarang di mana, di Museum Kambang Putih Tuban atau jadi koleksi pribadi.


Sisa-sisa bukti sejarah purbakala Banyu Langse. foto: dokpri
Sisa-sisa bukti sejarah purbakala Banyu Langse. foto: dokpri
Selain benda purbakala, Candi yang diduga ada di lokasi Pohon Dora Keramat itu, juga ada tempat penempaan benda pusaka semacam keris, tombak, dan sejenisnya milik Empu Besalih. Belum jelas benar lokasi persis candi dan tempat penempaan pusaka milik Empu Besalih. Namun, nama Empu Besalih memang sudah lekat dengan para tetua desa ini.

Desa ini memang desa kuno. Tradisi membatik masih bertahan di sini, batik tulis atau batik cap motif kontemporer atau motif klasik gedok Kerek. Di desa ini pula Bupati Tuban ke-22 P. Soedjono Poetro (1748-1755) dimakamkan, yang tak jauh dari Sungai Banyu Langse.

Penamaan Banyu Langse sendiri memunculkan beberapa versi sejarah yang diyakini masyarakat. Yang umum mempercayai, penunggu air terjun itu adalah Sri Banyulangsih. Ada juga mempercayai, Banyu Langse berasal dari bahasa Jawa Kawi Langse atau naga karena bentuk air terjunnya yang berkelak-kelok. 

Tetapi, ada juga yang meyakini Langse dalam bahasa Jawa Kuno berarti mati atau lambat, lunglai. Ini sesuai dengan penemuan batu bata yang diperkirakan sebagai candi, yang memang biasa berfungsi sebagai tempat pembuangan abu jenazah. Air terjun yang bertingkat-tingkat bisa dimaknai perjalanan menuju alam roh yang bertingkat-tingkat. Karena itulah sungai ini dipilih sebagai lokasi Candi.

Sri Banyulangseh sendiri kalau ditinjau dari nama yang menyandangnya, jelas bukanlah warga biasa. Pemakaian gelar Sri menunjukkan derajat pemiliknya setingkat raja. Penemuan batu lingga yoni, patung Airlangga kecil, juga pipihan batu, menunjukkan Sri Banyulangse kemungkinan besar semasa dengan Airlangga, atau bisa jadi jauh  sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun