Laporan dari arsip nasional Inggris menunjukkan bahwa serangan ini menandai eskalasi serius dalam hubungan Indonesia-Inggris yang memburuk.
Selain faktor politik, keterlibatan Inggris dalam pembentukan Malaysia melalui Cobbold Commission of Enquiry juga memperkeruh situasi. Sukarno mengecam Malaysia sebagai negara pro-Barat yang bertentangan dengan visi anti-imperialisme Indonesia kala itu.
Peran Militer, Akhir Konfrontasi, dan Dampak Internasional
Konfrontasi Indonesia-Malaysia tidak hanya terjadi di ranah diplomatik dan propaganda saja, tetapi juga berujung pada operasi militer.Â
Indonesia mengirim pasukan dan sukarelawannya ke perbatasan Kalimantan untuk menghadapi militer Malaysia dan Inggris. Inggris, bersama pasukan The Commonwealth, mengerahkan operasi militer besar-besaran untuk menahan infiltrasi pasukan Indonesia.
Akan tetapi, konflik ini mereda setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) yang melemahkan posisi politik Sukarno.Â
Setelah Jenderal Soeharto mengambil alih kekuasaan, Indonesia mulai mengurangi agresinya terhadap Malaysia. Pada 1966, sebuah konferensi damai di Bangkok menghasilkan perjanjian yang mengakhiri Konfrontasi.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia, dalam konteks ini, adalah bagian dari dinamika besar Perang Dingin di Asia Tenggara. Inggris memainkan peran penting dalam mendukung Malaysia, sementara Indonesia berupaya menegakkan visinya terhadap kawasan ini.
Konflik ini juga menunjukkan bagaimana pembentukan identitas nasional sering kali berbenturan dengan kepentingan geopolitik.
Pada akhirnya, Konfrontasi berakhir tanpa eskalasi lebih lanjut, tetapi meninggalkan jejak mendalam dalam hubungan Indonesia-Malaysia. Setelah konflik berakhir, kedua negara berangsur-angsur membangun hubungan yang lebih harmonis, terutama dalam konteks ASEAN yang didirikan pada 1967 sebagai wadah kerja sama regional.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!