Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta || Nasionalis-marhaenis || Adil sejak dalam pikiran..

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak "Pasar" dalam Proses Islamisasi: Peran Islam dalam Membentuk Peradaban Nusantara

24 Februari 2025   18:30 Diperbarui: 24 Februari 2025   07:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perdagangan maritim Islam (Sumber: Kompas.com)

Huruf Arab yang digunakan dalam bahasa Melayu Pasar pun turut berperan dalam memopulerkan tulisan Arab di Nusantara. Selanjutnya bahasa Arab ini pun berkembang menjadi bahasa dan aksara yang digunakan dalam kegiatan keagamaan dan administratif di wilayah tersebut. Bahkan menjadi fondasi dari pembentukkan bahasa nasional, yakni Bahasa Indonesia.

Kekuatan Maritim dan Kesadaran Kebaharian

Islamisasi di Nusantara juga tidak terlepas dari pengaruh maritim yang kuat, mengingat Nusantara adalah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan samudra. Sebagaimana Suryanegara tekankan dalam bukunya, kesadaran maritim sangat penting dalam proses penyebaran Islam, sebab para pedagang Muslim yang menguasai jalur perdagangan laut juga menjadi agen utama dalam menyebarkan ajaran Islam.

Dengan mengarungi samudra dan melintasi benua, para pedagang Muslim tidak hanya membawa komoditas barang-barang. Mereka datang ke Nusantara juga membawa risalah Islam dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang akhirnya ajaran Islam diterima oleh berbagai suku bangsa di Nusantara.

Bahkan, fenomena Islamisasi ini tidak hanya terjadi melalui jalur daratan, tetapi juga melalui jalur lautan (maritim). Proses Islamisasi ini memperlihatkan kesadaran maritim umat Islam dalam menjalankan kegiatan dakwah. Dengan penguasaan Muslim terhadap jalur perdagangan dan transportasi laut, para pedagang Muslim berhasil menjadikan Islam sebagai agama yang diterima di berbagai wilayah pesisir Nusantara.

Dampak Islamisasi terhadap Kehidupan Sosial dan Politik di Nusantara

Proses Islamisasi melalui pasar di Nusantara, pada intinya, membawa dampak yang sangat besar terhadap struktur sosial dan politik di wilayah kepulauan ini. Dari pasar-pasar ini, maka lahir lembaga-lembaga pendidikan Islam, yang kemudian melahirkan pesantren-pesantren di seluruh pelosok Indonesia.

Melalui pesantren, ajaran Islam pun diperdalam dan disebarkan ke generasi muda yang kemudian membentuk dasar dari perkembangan politik Islam di Nusantara. Keberadaan kesultanan-kesultanan Islam yang berperan dalam pemerintahan juga tidak terlepas dari pengaruh ajaran Islam yang disebarkan melalui pasar-pasar tersebut.

Kesimpulan: Peran Pasar dalam Proses Islamisasi

Pemikiran Ahmad Mansur Suryanegara tentang proses Islamisasi Nusantara melalui pasar demi pasar memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana pasar bukan hanya menjadi tempat transaksi perekonomian, tetapi juga menjadi wadah pertukaran kebudayaan dan ajaran agama. Pasar menjadi pusat pengaruh yang membawa ajaran Islam tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada struktur sosial, budaya, dan politik masyarakat.

Islamisasi melalui pasar menunjukkan bahwa agama Islam tidak hanya berkembang melalui jalur kekuasaan atau kekuatan politik belaka, tetapi juga melalui jalur perdagangan dan interaksi sosial yang lebih luas dengan penuh kedamaian.

Pasar sebagai pusat perdagangan dan dakwah memainkan peran yang sangat penting dalam memperkenalkan dan menyebarkan Islam ke seluruh pelosok Nusantara. Pada akhirnya, penyebaran Islam melalui pasar demi pasar di Nusantara-lah yang membentuk peradaban baru Indonesia merdeka yang berbasis pada spirit of Islam.

Referensi dan Catatan

Suryanegara, Ahmad Mansur. Api Sejarah 1: Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disunting oleh Nia Kurniawati, Anni Rosmayani, dan Rakhmat Gumilar. Api Sejarah. Bandung: Surya Dinasti, 2014. https://books.google.co.id/books?id=0AMxDwAAQBAJ.

Mengenai Pasar Ahad, nama ini kemudian berubah menjadi Pasar Minggu karena pengaruh penjajah Barat. Hal ini diungkap oleh Ahmad Mansur Suryanegara di mana ia mengatakan bahwa para penjajah mengubahnya karena ingin menyesuaikan Hari Ahad menjadi Hari Minggu supaya selaras dengan harinya untuk melaksanakan ibadah kepada San Domingo (Minggu) pada Hari Minggu. Hal ini kemudian mengubah nama Pasar Ahad menjadi Pasar Minggu seperti di daerah Jakarta Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun