Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ada Cerita Apa dari Pesta Rakyat Banda 2017?

30 Oktober 2017   05:58 Diperbarui: 30 Oktober 2017   09:37 2229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersuka cita di Pulau Hatta (foto: Kamaruddin Azis)

Tutup sasi di Lonthoir (foto: Kamaruddin Azis)
Tutup sasi di Lonthoir (foto: Kamaruddin Azis)
View dari Benteng Belgica (foto: Kamaruddin Azis)
View dari Benteng Belgica (foto: Kamaruddin Azis)
Benteng Belgica, saksi sejarah Banda Neira (foto: Kamaruddin Azis)
Benteng Belgica, saksi sejarah Banda Neira (foto: Kamaruddin Azis)
Seorang serdadu bernama Josias Cornelis Rappard, orang Belanda kelahiran Nijmegen pada 24 April 1824 adalah yang tergoda akan keindahan Banda Neira. Dia melukiskan keindahan Kepulauan Banda Neira selama bertugas sebagai tentara dan datang ke Banda Neira. Serdadu Rappard merekamnya melalui lukisan.

Tentang relasi panas dingin Inggris dan Belanda di Banda, utamanya di Nusantara bagian timur, sebuah perjanjian bernama Breda memaksa mereka untuk duduk dan sepakat mempertukarkan dua pulau. Pulau Run di Maluku Tengah dan Pulau Manhattan di Benua Amerika.

Sepertinya, keduanya ingin fokus pada daerah jajahannya, tak ingin terpecah atensinya, Inggris akan fokus di Negeri Indian, dan Belanda akan fokus di negeri yang kelak bernama Indonesia ini.

Gaes, Perjanjian Breda menuntun Belanda untuk berkuasa di Maluku, mereka mendapat Pulau Run beratus tahun sesudahnya, sementara Inggris bercokol di Amerika dengan memperoleh Pulau Manhattan, sekarang bagian dari New York, kota idaman para pelancong.  

Dengan cerita itu, mari berandai. Jika Inggris tetap di Pulau Run, mungkin akan menjadi New York khas Indonesia di kemudian hari. Atau bisa jadi Manhattan akan seperti Run saat ini dari sisi sosial ekonomi. Bisa jadi. Mungkin.

Selamat datang di Pesta Rakyat Banda (foto: Kamaruddin Azis)
Selamat datang di Pesta Rakyat Banda (foto: Kamaruddin Azis)
Lemari buku Hatta (foto: Kamaruddin Azis)
Lemari buku Hatta (foto: Kamaruddin Azis)
View dari Benteng Belgica (foto: Kamaruddin Azis)
View dari Benteng Belgica (foto: Kamaruddin Azis)
***

Cerita Perjanjian Breda itu mencuat pada pelaksanaan Pesta Rakyat Banda 2017, berlangsung dari 11 Oktober hingga 11 November 2017 di Kepulauan Banda Neira. Gala ini mengusung peringatan 350 tahun Perjanjian Breda, ketika Belanda melepas Pulau Manhattan (yang sekarang New York) dengan Pulau Run.

Tentang motif perjanjian Breda itu, seorang Menteri Susi pun mengaku, ini kali pertama dia mendengar pertautan kedua pulau tersebut. Makanya dia sangat mendukung ketika Pemerintah Provinsi Maluku mempunyai visi untuk menjadikan Banda Neira sebagai pusat perhatian dunia. Sebagai yang cinta pesona Nusantara, Anda juga mendukung bukan?

Susi kemudian datang ke Banda Neira pada tanggal 21 hingga 23 Oktober 2017. Sekaitan Pesta Rakyat Banda 2017. Beragam pertunjukan budaya, festival rempah dan kuliner digelar. Ada semacam calling back the spirit of Banda di antara generasi muda Banda Neira dan warga Indonesia tentang sejarah Maluku.

Gunung Banda Api usai hujan (foto: Kamaruddin Azis)
Gunung Banda Api usai hujan (foto: Kamaruddin Azis)
Ke rumah pengungsian Hatta (foto: Kamaruddin Azis)
Ke rumah pengungsian Hatta (foto: Kamaruddin Azis)
Reza Tuasikal, operator wisata di Banda Neira bersama Ibu Susi (foto: Kamaruddin Azis)
Reza Tuasikal, operator wisata di Banda Neira bersama Ibu Susi (foto: Kamaruddin Azis)
Oh iya, di Pulau Run, Menteri Susi bersama Duta Besar Jason R. Donovan Jr. menjadi bagian dari penandatanganan prasasti perdamaian di Pulau Run. Prasasti ini didasari komitmen untuk mengambil hikmah perebutan antara Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)dan sekelompok tentara Inggris pada awal abad ke-17 yang dipimpin oleh Kapten Nathaniel Courthope.

Pada perebutan itu, seperti disebutkan sebelumnya Inggris menyerahkan Pulau Run, dan imbalannya Inggris diberikan Manhattan, pulau di selatan Sungai Hudson, pilar New York saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun