Tentang relasi panas dingin Inggris dan Belanda di Banda, utamanya di Nusantara bagian timur, sebuah perjanjian bernama Breda memaksa mereka untuk duduk dan sepakat mempertukarkan dua pulau. Pulau Run di Maluku Tengah dan Pulau Manhattan di Benua Amerika.
Sepertinya, keduanya ingin fokus pada daerah jajahannya, tak ingin terpecah atensinya, Inggris akan fokus di Negeri Indian, dan Belanda akan fokus di negeri yang kelak bernama Indonesia ini.
Gaes, Perjanjian Breda menuntun Belanda untuk berkuasa di Maluku, mereka mendapat Pulau Run beratus tahun sesudahnya, sementara Inggris bercokol di Amerika dengan memperoleh Pulau Manhattan, sekarang bagian dari New York, kota idaman para pelancong. Â
Dengan cerita itu, mari berandai. Jika Inggris tetap di Pulau Run, mungkin akan menjadi New York khas Indonesia di kemudian hari. Atau bisa jadi Manhattan akan seperti Run saat ini dari sisi sosial ekonomi. Bisa jadi. Mungkin.
Cerita Perjanjian Breda itu mencuat pada pelaksanaan Pesta Rakyat Banda 2017, berlangsung dari 11 Oktober hingga 11 November 2017 di Kepulauan Banda Neira. Gala ini mengusung peringatan 350 tahun Perjanjian Breda, ketika Belanda melepas Pulau Manhattan (yang sekarang New York) dengan Pulau Run.
Tentang motif perjanjian Breda itu, seorang Menteri Susi pun mengaku, ini kali pertama dia mendengar pertautan kedua pulau tersebut. Makanya dia sangat mendukung ketika Pemerintah Provinsi Maluku mempunyai visi untuk menjadikan Banda Neira sebagai pusat perhatian dunia. Sebagai yang cinta pesona Nusantara, Anda juga mendukung bukan?
Susi kemudian datang ke Banda Neira pada tanggal 21 hingga 23 Oktober 2017. Sekaitan Pesta Rakyat Banda 2017. Beragam pertunjukan budaya, festival rempah dan kuliner digelar. Ada semacam calling back the spirit of Banda di antara generasi muda Banda Neira dan warga Indonesia tentang sejarah Maluku.
Pada perebutan itu, seperti disebutkan sebelumnya Inggris menyerahkan Pulau Run, dan imbalannya Inggris diberikan Manhattan, pulau di selatan Sungai Hudson, pilar New York saat ini.