Mohon tunggu...
Muhammad Dadang Kurnia
Muhammad Dadang Kurnia Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Nomad & Marketer

A Digital Nomad who passionate in Marketing and Writing.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Asal-Usul Dangkur, Ngga Penting Juga Sih Buat Dibaca

9 Desember 2019   20:03 Diperbarui: 9 Desember 2019   20:20 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur yang gw lewatin hingga 11 tahun. Mulai dari TK, SD 3, dan SMP YKPP 

Jadi sebenernya asal usul gue itu adalah seorang bocah lucu yang lahir di Kota Dumai, sebuah kota yang terletak di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, di Selat Melaka sana.

Kota Dumai yang ada di Provinsi Riau ini lebih dikenal sebagai kota minyak, karena terdapat sebuah Kilang besar Pengolahan Minyak milik salah satu BUMN yang ada di negeri ini. Sebut saja Pertamina.

Selain itu juga terdapat sebuah perusahaan asing yang sudah menjamur sejak lebih kurang 50 tahun yang lalu, yaitu Chevron (dulu namanya Caltex) yang fokus pada pengeboran minyak di Block Migas Rumbai - Minas - Duri - Dumai.

Masa kecil gue biasa-biasa aja sih, nothing special. Gue tumbuh dari keluarga yang sederhana, dan nggak memiliki hobi yang aneh-aneh kaya ngerokok, main cewe, maling, lempar lembing, apalagi suka sama cowo.

Memasuki bangku sekolahan, 11 tahun gue habiskan di Sekolah Yayasan Kependidikan Pegawai Pertamina (YKPP) yang berisi anak-anak Komplek Pertamina, which is hampir semuanya kelas menengah keatas, sementara gue hanya remah-remah rempeyek.

Tetapi disini gue bisa belajar memposisikan diri, belajar jadi minoritas, bagaimana beradaptasi dengan lingkungan, dan menjadi murid yang berprestasi tentunya, meskipun nggak juga sih.

Masa-masa kecil gue juga lebih banyak dihabisin dengan latihan sepakbola, gabung ke SSB, mengikuti kompetisi, dan berenang disaat weekend.

Kolam Renang Bukit Datuk. Maapkeun gaya nya
Kolam Renang Bukit Datuk. Maapkeun gaya nya

Kolam Renang Bukit Datuk. Maapkeun gaya nya
Kolam Renang Bukit Datuk. Maapkeun gaya nya

dokpri
dokpri
Setelah 11 tahun gue habisin waktu belajar di YKPP (TK 2 tahun, SD dan SMP), gue memutuskan masuk ke salah satu sekolah paling garang di Dumai, yang mana isinya lebih dari 90% itu laki-laki, dan sedikit tertekan batin karna sulitnya mendapatkna cewe dimasa puber.

Naq anaq STM Negeri Dumai
Naq anaq STM Negeri Dumai

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Tapi emang fokus gue disini bukanlah menjadi seorang playboy, gw cuma berusaha mengejar cita-cita mulia gue menjadi seorang pemain bola, membela garuda di dada, menaikkan kelas hidup gue dan keluarga, bisa bermain keseluruh Indonesia dan mancanegara, serta dapetin jodoh yang terbaik buat gue.

Sungguh cita-cita yang mulia, menurut gue sih. Tapi apalah daya, everything is bullshit. Hahaa. Lo pikir hanya dengan memiliki cita-cita yang mulia tanpa perjuangan yang luar biasa lo bakal bisa? Berat cuyy beraatt.

Hari-hari gue dimasa muda dikorbankan demi fokus mengejar cita-cita gue menjadi pemain bola. Pagi sore latihan, malam jakon (jaga kondisi), serta hanya sedikit bersosialisasi. Gue ga peduli kalau ada orang yang mengucilkan, apalagi nasehat dari orang tua, yang gue tau hanyalah gue harus berusaha semaksimal mungkin buat dapetin mimpi-mimpi gue.

Setiap hari gue hanya sibuk dengan mimpi-mimpi gue. Namun apa hasilnya? Bisa dibilang nothing meenn!! Memang sih gue sempat beberapa kali mewakili nama Dumai, main turnamen sekelas tarkam (Tarikan Antar Kampung) di Rokan Hilir dan Sungai Pakning yang hanya berjarak 2 jam dari rumah gue, serta membawa nama Dumai dalam event Popda (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) se-Riau, yang mana gue hanya cadangan mati. Bisa dibilang hampir nggak ada kontribusi.

Di usia 17 tahun, gue mulai sedikit merasakan frustasi. Mungkin dikarenakan ngeliat teman-teman gue udah pada mendapatkan hasil dari kerja kelas latihan mereka, dan mulai naik kelas ke level regional bahkan juga nasional. Ditambah lagi kalau lihat di media dan berita, anak-anak seumuran gue itu udah mewakili Indonesia, bahkan nggak jarang yang menjuarai event internasional.

Sementara gue? Masih berkutat dengan mimpi-mimpi bullshit dan bersepeda bolak balik dari sekolah-rumah-lapangan latihan, even sometimes langsung membawa sepatu bola didalam tas sekolah biar bisa langsung latihan sepulang dari sekolah.

I have no idea how this game will change my life. Gue mulai mencoba merintis ulang hidup gue, mulai mencari hobi baru dalam hidup, serta lebih aktif dalam bersosialiasi. Gue beruntung memiliki salah seorang sahabat, yang bisa dibilang orang paling tajir didaerah gue tinggal. Sehingga gue bisa belajar banyak hal.

Sempat belajar yang beginian juga :’)
Sempat belajar yang beginian juga :’)

Pelabuhan Dumai cuyy
Pelabuhan Dumai cuyy

Nggak Cuma deket sama dia, gue juga deket sama keluarganya, sehingga keluarga nya udah menganggap gue bagian dari keluarga mereka juga. Hampir setiap libur sekolah dan libur lebaran gue sering dibawa jalan-jalan keliling Sumatra Barat, provinsi tetangga dari Riau yang juga kampung dari emak gue.

Disini cakra traveler gue mulai kebuka. Gue mulai mencintai alam, karna memang Sumatra Barat merupakan provinsi yang paling lengkap dari segi alamnya buat para traveler, mulai dari perbukitan, pegunungan, pantai yang indah, serta pulau-pulau kecil di Samudera Hindia.

Kebun Teh Solok Sumatra Barat
Kebun Teh Solok Sumatra Barat

Metik-metik buah markissa
Metik-metik buah markissa

Danau Kembar Solok
Danau Kembar Solok

Danau Singkarak
Danau Singkarak

Disini gue juga mengenal kehidupan yang nyaman, ala keluarga temen gue ini. Gue jadi termotivasi untuk bekerja lebih keras, dan mulai menyadari untuk menaikkan kelas hidup gue jalurnya nggak hanya sebagai pemain bola, bisa dengan cara lain, salah satunya dengan bekerja di tempat yang menjanjikan atau membuka bisnis sendiri seperti apa yang telah orang tua temen gue ini lakukan.

Disini gue mulai termotivasi untuk merubah hidup lebih baik, gue memutuskan untuk merantau dan berjuang memperbaiki nasib gue. Rasanya tidak cukup kalau gue hanya bermodalkan ijazah SMK untuk survive di kehidupan yang semakin keras, maka gue putuskan untuk melanjutkan kuliah agar bisa upgrade kemampuan diri dan kualitas hidup.

Tapii, masalah selanjutnya mulai datang. Dikarenakan saat itu keuangan keluarga sangat terbatas, gue hanya sanggup kuliah di kampus negeri. Itu syarat yang emak gue berikan. Gue mulai berjuang, kebetulan sekolah gue saat itu bekerja sama dengan salah satu kampus negeri yang ada di Bandung, yaitu Universitas Pendidikan Indonesia. Melalui jalur PMDK saat itu, kalau tidak salah. Kalau tidak salah berarti betul laah.

Harapan gue mulai terang, dikarenakan bisa memenuhi beberapa syarat yang diminta kampus tersebut. Apalagi jurusan yang gue ambil adalah olahraga, yang mana nilai olahraga gue selalu memuaskan, dan gue beberapa kali membawa nama sekolah bermain di kompetisi antar sekolah, sempat dipercaya juga sebagai captain. Keluarga bapak gue yang di Bandung juga mulai di hubungi, mereka siap membantu gue untuk berdaptasi di kota mojang priangan tersebut.

Tapii, dengan beberapa alasan, gue ditolak dari salah satu kampus pendidikan terbaik di Indonesia tersebut. Dikarenakan latar belakang gue yang SMK, dan tidak memiliki prestasi akademis yang memadai di bidang umum dan kesiswaan. Nilai yang bagus hanya olahraga saja, sementara nilai praktek dan teori umum bahkan ada yang dibawah rata-rata.

Gue sedikit menyesal siih, karna memang dikelas 1 dan 2 lebih banyak main dan bolosnya, belum lagi sering dipanggil ke kantor karna melawan guru, bahkan sempat hampir tidak naik kelas dan tidak bisa turun magang karena beberapa nilai yang tidak diurus. Hal yang juga membuat orang tua malu karna selalu punya masalah setiap kali ambil rapor.

Disini gue sempat sedikit nge-down, menyesali perbuatan-perbuatan diawal sekolah yang merugikan gue di akhir sekolah. Tetapi disini gue juga belajar menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, bahwa apapun yang kita perbuat akan selalu ada konsekuensinya.

Gue jadi belajar bahwa tidak ada gunanya menyesali setiap perbuatan yang telah kita lakukan, karena memang semua keputusan yang kita ambil selalu ada konsekuensinya. Dan juga jangan takut berbuat salah, karena dari setiap kesalahan dan masalah yang besar kita akan belajar menjadi orang yang lebih bertanggung jawab

Bye Naq anaq STM
Bye Naq anaq STM

Perpisahan dengan Lagu Muse -Stockhol Syndrome & Ungu - Cinta Gila
Perpisahan dengan Lagu Muse -Stockhol Syndrome & Ungu - Cinta Gila

Gue menyelesaikan pendidikan SMK dengan nilai yang pas-pasan dan tidak memuaskan. Tapi gue tetap bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk mendaftar di SNMPTN. Kesempatan ini gue manfaatin dengan sebaik-baiknya, karna memang ini kesempatan terakhir gue untuk bisa kuliah di kampus negeri, dengan biaya yang murah tentunya.

Niat awalnya mengambil jurusan Pendidikan Olahraga di Universitas Riau (UNRI). Begitu sampai ke Pekanbaru, gue langsung kerumah tante gue yang merupakan dosen di kampus tersebut, agar lebih mudah dalam proses pendafatarannya. Tapii, yang namanya jalur hidup, kita ga ada yang tau ya kan. Tidak ada jurusan pendidikan olahraga yang dibuka lewat jalur SNMPTN kala itu, membuat gue harus mengambil keputusan dalam waktu yang sangat singkat (gak sampai 5 menit), untuk memutuskan jurusan apa yang akan gue pilih untuk kuliah.

Dipilihlah Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Kampus UNRI pada pilihan pertama, dan Kampus UIN Sultan Syarif Kasim Riau pada pilihan kedua.

Terkadang hidup memang se-tidak sengaja itu

Kenapa gue memilih Bahasa Inggris? Alasannya dikarenakan dulu waktu sekolah gue sering main band, pada posisi gitar. Tapii dikarenakan vokalis kami jarang datang waktu latihan, jadi gue maju sebagai penggatinya. Pada masa itu anak seusia kami berasa sangat bangga kalau bisa memainkan lagu berbahasa Inggris, dan disini gue belajar langsung sambil praktek menggunakan Bahasa Inggris mulai dari mendengarkan lagu yang akan dibawa, melatih pengucapan yang benar, intonasi, serta juga harus memahami arti dari lagu tersebut agar pas artikulasi-nya ketika membawakan lagu tersebut. Lagu yang sering kami mainkan saat itu adalah lagu-lagu dari grup band Muse dan Dream Theater. Keren gak tuhh?

Udah udah, kalau diterusin jadi panjang nih gue curhat soal nge-band pada zaman sekolah. Setelah mendaftar SNMPTN di 2 kampus negeri di Riau tersebut, masalah selanjutnya mulai datang. Apalah data gue hanya anak SMK yang memang lebih banyak praktek ketimbang belajar teori umum sehingga nggak begitu mengerti soal pelajaran umum.

Gue harus belajar sedikit keras, meskipun cuma niatnya aja siih. Masa-masa libur 3 bulan gue dari habis UN, perpisahan sekolah, serta pra-kuliah lebih banyak gue habiskan dengan melantai di lapangan futsal, mengikuti turnamen dan pertandingan nggak resmi lainnya, serta traveling keliling Sumatra Barat untuk lebih mengenal dan bersahabat dengan alam.

Jadilah gue, dengan modal pas-pasan, mengikuti SNMPTN dengan semangat pasrah. Disaat yang lain belajar mati-matian dengan mengikuti bimbel pra kuliah, dan memiliki semangat menolak menyerah, yang pada akhirnya justru menyerah karena tidak bisa melewati ujian tersebut.

Gue mengisi dengan pede, nggak peduli apapun hasilnya. Saking pedenya bahkan orang disebelah gue sempat nyontek ke gue, nggak taulah hasil ujian beliau tsb seperti apa. Seusai ujian SNMPTN, gue kembali menikmati hidup dengan have fun, nongkrong bareng teman, futsalan, serta menikmati Piala Dunia 2010 yang menurut gw World Cup terbaik yang pernah gw tonton, dengan Shakira sebagai pengisi soundtrack, dan Spanyol andelan gue menjadi juara dengan Tiki Taka nya. Surgaa Duniaa

Waktu demi waktu berlalu, manisnya pengalaman hidup dan zona nyaman terasa semakin tawar dan membosankan. Sebulan setelah tes SNMPN, keluar juga hasilnya. Oh iya, disini gue juga iseng-iseng daftar di Kampus UIR (Universitas Islam Riau) Jurusan Pendidikan Olahraga, karena memang masih penasaran untuk bisa kuliah di jurusan tersebut. Sebagai back up juga sih.

Harapannya kalau emang nggak rezeki lulus di SNMPTN, gue bisa kuliah di jurusan favorit gue tersebut, meskipun Kampus UIR itu swasta dan mahalalalal, tapi gapapa lah ya kan ketimbang ga kuli ah.

"Daan, itulaah hidup, penuh dengan kejutan dan ketidakpastian. Apa yang kita harapkan belum tentu sesuai dengan kenyataan. Apa yang tidak kita harapkan bisa jadi akan datang kepada kita, dan bahkan terkadang kita mendapatkan lebih dari yang kita harapkan. Life is full of surprise and unpredictable"

Gue lulus di pilihan kedua gue di SNMPTN, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, serta Jurusan Pendidikan Olahraga di Kampus Swasta Universitas Islam Riau (UIR).

Hal yang membuat gue sedikit dilema, dikarenakan gue lulus di kampus negeri sesuai harapan emak gue, tapi jurusannya bukan prioritas pertama gue. Gue lulus di jurusan yang merupakan prioritas gue yaitu Pendidikan Olahraga tapi biayanya lumayan mahalalal untuk kantong keluarga gue.

Apalagi pada saat itu gue sedang sakit gigi geraham versi parah banget, yang membuat gue males ngapa-ngapain, apalagi untuk berpikir terlalu lama. Dengan kondisi yang nggak fit dan mendesak tersebut, gue harus memutuskan pilihan yang bisa dibilang salah satu pilihan yang akan merubah masa depan gue. Hingga akhirnya, gue memilih Pendidikan Bahasa Inggris UIN Suska Riau sebagai kampus tujuan kuliah gue, dengan kondisi gue emang lagi males pikir panjang, dan tanpa shalat istikharah pula.

Welcome English Department UIN Suska Riau : )))

Artikel Asli: https://www.dangkurexplorer.com/blog/asal-usul-dangkur-ga-penting-juga-sih-buat-dibaca/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun