Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Lenyapnya Tahi Lalat Khatulistiwa

20 Januari 2015   22:53 Diperbarui: 24 Juni 2017   16:16 89673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

“Dok, kalau dilaser aja gimana dok?”, saya bingung kok dokternya udah langsung nyuruh ke dokter bedah.

 

“Nanti coba dibicarakan saja dengan dokter bedah, soalnya dia yang tau.”, dokternya melanjutkan.

 

Mungkin karena di rumah sakit umum atau karena itu hari sabtu, dokternya terkesan buru-buru. Jadi saya merasa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

 

Beberapa hari selanjutnya, saya pun pergi ke rumah sakit swasta. Menurut teman saya, sebaiknya coba konsultasi ke dokter bedah plastik. Nah di RS ini, saya bisa tanya-tanya banyak. Dokternya pun bilang, “saya tidak menyarankan untuk dilaser, karena akarnya takkan terputus total, bakalan tumbuh lagi. Jadi sebaiknya dioperasi.”

 

“Kalau dioperasi nanti ada bekasnya nggak dok? Terus proses yang harus saya lewati apa aja?”

 

“Karena besar dan tebal, jadi harus dibelek 3cm ke kiri dan 3cm ke kanan. Jadi kurang lebih bekasnya akan sepanjang 7cm. Hilangnya sekitar 1 sampai 1,5 tahun. Prosesnya cuma dibius lokal, kalau nggak punya penyakit gula, bisa langsung operasi, lamanya operasi sekitar 1 – 1,5 jam.”

 

Waduh saya mulai ragu, masak muka saya bakalan ada codetnya sepanjang 7cm selama 1,5 tahun?!! Udah kayak preman aja dong tampangnya. Lalu saya tanya biaya operasinya. Dokter minta saya ke suster untuk minta perhitungan biaya. Menurut dokter, di RS ini operasi wajib dilakukan di ruang operasi, sehingga ada biaya ruang operasinya. Kalau di RS lain tempat dia juga terdaftar sebagai dokternya, memperbolehkan dia bila melakukan operasi ringan di ruang prakteknya.

 

Sehingga ketika suster membawa perhitungan harga, lumayan juga untuk menghilangkan tahi lalat saya biayanya sekitar Rp. 6.600.000. Hmm.. Saya pikir ketahuan saya kembali ke RS Umum saja yang bisa menggunakan BPJS.

 

Di hari saya akan berangkat ke RS Umum untuk mendatangi dokter bedah. Sebelum berangkat saya iseng-iseng searching lagi di google, tentang pengalaman orang yang operasi tahi lalat. Eh malah ketemu website klinik tahi lalat tanpa operasi. Saya pun mulai searching ke sana sini, cari pengalaman orang-orang yang pernah menghilangkan tahi lalatnya di klinik tersebut.

 

Dan saya pun jadi tertarik, terlebih itu klinik sudah berdiri 30 tahun, kalau sudah selama itu, kesimpulan saya, pengobatannya benar. Kalau nggak bener pasti sudah banyak yang komplen. Selain itu saya nemu beberapa testimoni orang yang sudah pernah menghilangkan tahi lalat di sana.

 

Apalagi saya lihat di websitenya, banyak tahi lalat yang lebih besar dan mengerikan yang pernah klinik itu hilangkan. Jadi tahi lalat yang ganas pun bisa dia hilangkan hingga akar-akarnya. Melihat hal tersebut, saya pun memilih untuk menghubungi klinik tersebut via whatsapp. Dan saya bertanya-tanya masalah bekasnya bakalan ada apa nggak. Katanya, “selama kita mengikuti saran dan pantangan, tidak akan meninggalkan bekas.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun