sudah lama ternyata..
pena ini tak terisi tinta.
kering kerontang disaput lenguhan jerit lembar demi lembar kertas tergores luka.
Â
aku mau tintamu... sebagai pelumas dan pemuas hasratku..
begitu jerit kertas menyayat.
Â
namun batang pena itu tetap begitu saja begitu saja menari tanpa pernah peduli.
kejam dan sadis mungkin.
Â
namun begitulah kiranya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!